Bahtera hati
berlabuh di dermaga hening
Ketika rinai
gerimis jatuh membasahi kota ku
Bercermin pada
petang yg menghamparkan selaksa bisu di remangnya
Kupagut ribuan
jarum yg tersembunyi disudut kepekatan nya
Bersama
segumpal perih yg memantul dari ujung bayangan malam
Lalu kehampaan
kembali membaluri langkah dalam raut keresahannya
Langitku enggan
lagi memerah, tiada saga hadir melintasi senja
Hanya gigil
beku yg terasa dingin di kisi kisi jiwa ku,
berbaur dalam
rasa yg kini mulai terasa kaku
Gelap pandang
ku, legam langkah ku
Sehitam ufuk
senja, hati berkerut dalam gulana
Memasung
selarik keraguan tatap dalam bejana hati yg tergores luka
Satu purnama
telah berlalu, namun duka itu masih tersisa
Meretas
bayangan rindu diselarik buai semu yg terbangkit
Menunjuk pada
mata hati, menyibak kesejatian rasa yg terurai
Sesungguhnya
tak mampu kutikam binasa cinta ini,
meski selempang
kebencian yg kubangun
mampu meningkap
hasrat liar yg hendak menari binal
Namun cinta itu
masih bertengger dengan angkuhnya
diatas
singgasana jiwa ku
Dan dalam tatap
keputusasaan ku kulihat samar dia tertawa sinis,
mencemooh diri
yg tak mampu bangkit dari benaman lumpurnya
=MERPATI=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar