Kurengkuh kelambu pekat malam
Ketika kembara musim semi menabur gigil
Seribu warna aksara tlah menghias syair
Diantara nafas nafas tersengal kebiruan pikir
Melukis temarannya hati dalam arsiran pekat
Kuselaraskan tapak tapak jiwa ku dalam sebentuk angan yg tergaris
Bermadahkan seribu elegi, berbalutkan jalinan untai aksara
Menyibak warna hati, agar tergerai kanvas jiwa yg tergurat
Dan kupanggil pulang hati yg tlah letih tercabik duka
Ketika langkah bermandikan tajam duri duri kehidupan
Ada tiada bayang tak lagi menyimpulkan wujud rasa
Meracik gelombang jiwa, disela derasnya gemuruh nan menghempas
Kutatap cerita yg kini telah berlumurkan legam kedustaan
Dan tetap kubiarkan hitam dalam keburaman tatap netra jiwa
Berdiri tak menyentuh, berlalu tiada menggenggam
Tak kupaksakan lengan lengan jiwaku terentang, menahat berat membeban
QUE SERA SERA
Terciptalah apa yg semestinya tercipta
Lalu kutatap sang fajar yg mulai membayang
Dan kutahu pasti, dia khan hadirkan penawar luka bagi ku
Ketika kembara musim semi menabur gigil
Seribu warna aksara tlah menghias syair
Diantara nafas nafas tersengal kebiruan pikir
Melukis temarannya hati dalam arsiran pekat
Kuselaraskan tapak tapak jiwa ku dalam sebentuk angan yg tergaris
Bermadahkan seribu elegi, berbalutkan jalinan untai aksara
Menyibak warna hati, agar tergerai kanvas jiwa yg tergurat
Dan kupanggil pulang hati yg tlah letih tercabik duka
Ketika langkah bermandikan tajam duri duri kehidupan
Ada tiada bayang tak lagi menyimpulkan wujud rasa
Meracik gelombang jiwa, disela derasnya gemuruh nan menghempas
Kutatap cerita yg kini telah berlumurkan legam kedustaan
Dan tetap kubiarkan hitam dalam keburaman tatap netra jiwa
Berdiri tak menyentuh, berlalu tiada menggenggam
Tak kupaksakan lengan lengan jiwaku terentang, menahat berat membeban
QUE SERA SERA
Terciptalah apa yg semestinya tercipta
Lalu kutatap sang fajar yg mulai membayang
Dan kutahu pasti, dia khan hadirkan penawar luka bagi ku
=MERPATI=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar