Derai dedaunan
malam mengusik hening
Riuh mendesah,
menampar sepi diujung nurani
Beranjak
diketerbataan rasa, melagu dalam wajah nyanyian hampa
Melukis seraut
bayang lalu, memendar beku disudut pembuluh nadi
Adakah jiwa
tlah layu, menatap hambar tentang makna kasih
Tiada
terbangkit angan yg pernah ada,
tiada tergurat
rasa yg pernah menggelegak
Diam dalam
seribu kelu, menghening tiada mewujud rupa
Sedingin
hembusan angin menerpa raga
Seremang langit
malam mengulas wajah jiwa ku
Kutatap
hamparan kejora dalam kepekatan kemilau
Laksana sebaris
titik cahaya yg tiada bermakna,
tiada menyirat
keindahan binary
Sehampa lampu
jalanan yg menerangi jembatan depan rumah ku
Tak lagi
menarik pesona jiwa dalam uraian bincang keindahan
Adakah sang masa
tlah memadamkan semua kemerlap pelita kasih
Ataukah batas
kepedihan tlah mencapai ujung relungan ?
Hingga tak lagi
kurasakan manis pahitnya secawan aroma cinta
ACkhh...entahlah
!
dan aku tak
hendak berpikir lagi tentang ujung rentangan ini
Lalu dalam diam
resahku,
kusentuh indah
tentang sosok pengukir senyuman kalbu
Aku rindu
bergelung senda dengan nya
Aku rindu
mengulas senyum bahagia ku disela taburan aksara nya
Aku rindu sosok
nya yg selalu bangkitkan nada nada riang jiwa ku
Wahai angin
malam, mendesah lah untuk ku
Desahkanlah
sebait lagu rindu ini pada nya
Dan untaikanlah
bias rindu ku dalam mimpi lelap nya malam ini
Dan katakanlah
jua, aku ingin menatap senyuman manisnya, kala mimpi membawanya dalam nyenyak
=MERPATI=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar