oleh Sentot
Mau terus kau menginjaki kami
Hatimu menulang karna uang
Kau, tuli ‘kan tuntutan hak dan rasa
Menghasut kelembutan jadi kekerasan?
Maka kami bercontoh ke kerbo
Yang jemu diejek, lalu meruncing tanduk
Melambung penunggangnya bengis ke atas
Lantas kakinya kasar menghantam penyet.
Maka api perang membakar ladangmu
Gunung serta lembah menghawa dendam
Asap mengepul dari tiap kediamanmu
Angkasa bergetar pekikan bunuh.
Maka telinga kami ‘kan merasa nikmat
Mendengarkan raung-tukikan bini-binimu
Kami ‘kan bertepuk bergembira
Berjejer melihati mampusnya kekuasaanmu.
Maka anak-anakmu ‘kan kami sembelih
Anak-anak kami bergelimang di darah mereka
Supaya utang yang berabad lama
Begitu berlipat terbayar kembali.
Dan jika metari turun di barat
Samar agak di belakang uapan darah
Dia menerima erangan mati
Sebagai tanda pisah penghabisan dari Olanda.
Dan jika pelikat malam
Menyelimuti alam yang sedang berasap
Anjing utan mengais antara ungguk mayat
Merobek, menghisap, menggerutu …..
Maka putri-putrimu ‘kan kami larikan
Dan segala dara kami miliki
Kami beristirahat di dada putih mereka
Letih membunuh, letih berperang.
Dan jika segala penodaan ‘lah kami lakukan
Kami capek memeluk-cium
Kami sudah kenyang enek
Hati oleh dendam, tubuh oleh napsu,
Maka kami ‘kan ria berpesta
Seruan pertama : “Kita beruntung!”
Seruan kedua : “Pada Isa Kristus!”
Teguk penghabisan : “Pada Tuhan Olanda!”
Dan jika metari naik di timur
Berlutut tiap ‘rang Jawa depan Mohammad
Karna dibebaskan bangsa yang terlembut
Dari kongkongan anjing-anjing Kristen.
=CHAIRIL ANWAR=
(Disalin-terjemahkan dari Multatuli, Max Havelaar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar