Minggu, 26 Juli 2015

WALENNAE karya : Aslan Abidin

 

ketika senja turun dan

cahaya menyerbuk di antara pohon-pohon

lontar, aku kenang sungai ini sebagai lengkungan

taman para bissu, gaib dan sunyi.

 

di tepinya, gadis-gadis mandi dan pulang

menjunjung tempayan bersama gairah

dan aroma kewanitaannya yang mengembang

dari kembannya yang basah.

 

"di sungai walennae kasihku,

adakah kau tahu, mengalir cintaku padamu,

tenang dan dalam."

 

ketika ujung-ujung ilalang meliuk

melambai kepada senja, dan bangau di pucuk-

pucuk bambu bersiap masuk sarang, di setapak

menyusur walennae, lelaki-lelaki memikul tong

bambu pulang dari menyadap nira.

 

"rumah kami di kaki bukit, beratap ijuk

dan dapurnya selalu menguapkan aroma gula,

mampirlah bila ada waktu. kami pantang tak

bersikap manis kepada tamu."

 

 

saat malam mengurung dan

rembulan mengapung samar di permukaan

walennae, di langit yang kelabu

terdengar jerit elang, seperti rindu

yang perih dan jauh.

 

di rumah-rumah beratap ijuk,

di atas balai bambu, gadis-gadis menggeliat:

teringat dongeng tentang pangeran baik hati

yang dikutuk penyihir jahat jadi buaya di

sungai walennae.

 

"di walennae kasihku, aku terperangkap janji

yang tak mungkin aku tepati."

 

di antara hening daun ketapang tua

yang berguling lepas dari rantingnya,

walennae merayap ke laut. di dasarnya aku

hanya dapat mengenangmu,

mengawasimu setiap pagi dan sore ketika mandi,

menunggu saat aku menjalani

kutukan: menerkam dan menelanmu.

 

"di sungai walennae kasihku, adakah kau

tahu, mengalir cintaku padamu:

suci dan terluka."

 



makassar, 2001

=ASLAN ABIDIN=

- walennae: sungai terpanjang di sulawesi selatan

- bissu : waria pemimpin upacara animisme di tanah bugis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar