Sabtu, 25 Juli 2015

SETELAH HARI KEENAM karya : Ahmad Nurullah

Jika bumi, langit, dan seisinya dicipta selama
enam hari, apa yang dilakukan Tuhan sejak jauh

sebelum hari pertama, dan jauh setelah
hari keenam? “Aku tak hendak mengatakan:
Tuhan adalah pengangguran,” katamu.

Aku coba tersenyum. Pedih. Lalu tengadah—
Bulan malas merekah. Langit irit bintang.

Pada malam dingin di sebuah negeri berkabut
awal November tahun ini, entah:
telah berapa jauh waktu berlalu
Berapa jauh jaraknya dari hari keenam—
usai penciptaan.

Pada hari puncak itu, “Setelah segala air di bawah langit
berkumpul pada satu tempat”, dan menjelma lautan,
dan Tuhan mengalungkan nama pada tanah kering
itu
“darat”, Ia melihat: “Semuanya itu baik”. Baik.

Tapi, tak tahukah Ia: apa yang akan terjadi
sesudah itu, jauh setelah hari keenam?
Apa lagi yang akan terjadi, misalnya:
setelah Semanggi, Sambas, Aceh, atau Jimbaran?

Malam larut. Bumi redup. Langit memercikkan gerimis
Sebentar lagi mungkin hujan akan mengguyur

kota-kota. Detik ini, apa yang dilakukan Tuhan?

Aku tak tahu. Seperti aku tak tahu nasibku,
dan nasib anak-anakku
esok, di negeri ini
setelah semua tangisku berakhir, dan kapalku berangkat
dalam debu.



Jakarta, 2005 

=AHMAD NURULLAH=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar