- Facot Roskata
di perjamuan orang-orang pesisir
mencintai angin adalah segalanya
hanya bagiku, kaulah si pelaut itu;
seorang anak yang ingin menjadi laut
tapi di tepi laut, air hanya mengerak
di dekat perapian, kau semakin menghitam
seperti jarum jam dan malam
seperti milik bunyinya yang berjatuhan
tik, tik, tik, tik, tik ….
dan malam, seperti di dusunmu ini
aku telah dapatkan kegelapan paling panjang
pohon-pohon menipis seperti ribuan silet
mengiris jejak bulan dan pikiranku
tapi, ini semangkuk manisan gori, katamu
udang bakar
seluruh rasa yakinmu
nyaris lebih linier
dari rumput dalam eter
disajikan di musim
yang segera beralih
dan pikiranku
kembali bagai semburan lava
berapa derajatkah suhu yang akan digapai
di ini laut, bagi seutuh tubuhku?
ya, di atas permadani biru yang mempesona ini
juga gadis-gadis pesisir dengan kaki mengkilat
serta elok tubuh dan rambut hitam memanjang
kulihat ia dan laut sama halnya sepasang pengantin
mampu menelanjangi seluruh keyakinanku
menancapkan beribu-rabu jarum di pundakku
langit pun kembali seperti masa-masa yang telah kulalui
walau ini hari begitu bergolak dalam hati
ada sebuah cincin merah siam yang selalu kupakai
yang kudapatkan saat kepedihan menjadi diriku
ini yang kemudian akan memetakan seluruh laut
sebelum langit berganti, sebelum aku menyadari
kapan aku harus meninggalkanmu, di sini
laut juga kebiruannya yang terhampar itu
barangkali hanya sedikit dari amsal
hari-hari yang kelak datang, kelak meradang
hari-hari yang tak mungkin seramah para penziarah
tapi lupakanlah
sebab bumi dan sungai-sungainya
yang mengalir di atas sajadah tahajud malammu
pohon-pohon serta beribu-ribu burung
yang hinggap dan merancang sarang di dalamnya
adalah untaian doa lain yang tak terhingga
meski sebenarnya, ia masih tak bernama
tapi sedingin apapun, laut, selalu bagai api
2002
=AHMAD FAISAL IMRON=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar