sepasang matamu yang nyaman
seakan kepanjangan lain dari musim bunga
di timur kota
seperti sajak yang kekal
kukekalkan pertemuanmu dengan bulan
seluruh aortaku bergetar
di bawah kerudungmu yang kelam
laksana gairah baru yang selalu membuat hati bersayap
atau bagai garis pelangi yang selalu terbenam di bibirmu
diam-diam ingatanku bergelombang
diam-diam kau menjadi setangkai bunga
pandangi mataku!
akan kautemukan dirimu dalam hakikat mawar
menikmati garis-garis dan bening tubuhmu
kesunyian menganga di atas harapan yang mati
dengan tulus kulukis wajahmu yang santun
kubaringkan di atas gaun dan sebuah mimpi merah
angin begitu sayu saat mengirim harum rambutmu
malam ini, kugenggam wajahmu meski bayang-bayang
seraya mengingat lentik bulu matamu, suaramu yang pilu
dan seperti perisai badai di dasar kata-kata
ijinkan nyanyian ini agar selalu berputar di hatimu
jauh sebelum kukirim sesuatu pada kesunyianmu
menggali kuburan sendiri; mengutuk garis keturunan
atau peribahasa lama yang selalu berayun-ayun dalam hidupmu
setidaknya, wahai perempuan kepedihan
dari rasa yang berlimpah sejak dingin ini kauraba
pagi yang lembut, sebuah jendela yang terbuka di hatimu
atau saat-saat yang kita abaikan, semuanya terkenang
remang-remang atau kembali menjelma sebuah kuburan
1998
=AHMAD FAISAL IMRON=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar