malam sedingin leher Ismail
di taman-taman yang seluruhnya batu
seluruh jemaah dan sisa puing-puing
merapatkan diri pada lampu-lampu
kubayangkan Raudloh
dan seseorang dari pedalaman India
sebelum isya, mengunyah segenggam Sawarma
sebelum khusyuk dalam alunan Khudaefi
kubayangkan juga maqom-maqom itu
berjejal orang-orang
seperti tak terlintas ruang
di mana tak ingin pulang
malam sedingin leher Ismail
di taman-taman yang seluruhnya batu
para jemaah menghabiskan matahari
sore yang terlewati, tak abadi
2004-2005
=AHMAD FAISAL IMRON=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar