Tanpa pisau, seseorang bernyanyi: "Potong bebek angsa ..."
Pinggulnya bergoyang bagai bebek pulang petang
Orang-orang bergendang dan bebek-bebek berdansa:
"Dansa saban hari sampai sakit pinggang ..."
Tetapi kegawatan selalu saja datang ke negeri ini
Musim panas yang keras begitu kering-kerontang
Sawah jadi kuburan, pematang jadi batu nisan; sunyi.
Hanya tikus-tikus yang terus berdansa sampai kejang
Di manakah kucing? Kucing mengeong dalam karung berdebu
Karung? Ya, karung yang memakan habis semua mentimun itu
Mentimun? Ya, mentimun yang meninabobokkan para kancil itu
Kancil? Nah, kancillah yang bernyanyi: "Potong bebek angsa" itu
Tetapi kegawatan selalu saja menerjang rimba belantara ini
Bila kancil kehilangan akal dan tak sempat lagi bernyanyi
Saat itulah harimau mengaum dan serigala menerkam
Sementara buaya menganga sambil tidur-tiduran
Di manakah pawang-pawang kita yang penuh wibawa dan jantan?
Mereka telah jadi bebek, siap dipotong sambil berdansa-dansa:
"Sikat ke kiri sikat ke kanan sampai mabok segala perhitungan ..."
Ya, sampai mati pingsan segala taman margasatwa di kota-kota.
1977
=HAMID JABBAR=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar