tersusun di langit yang ikal
warna kuning kumparan awan
seseorang tak dikenal membekukan diri pada semburan senja
dengan kaki seperti sebuah kerucut dan tangan berdekapan
memandang jejak kereta yang punah ditelan dingin baja
namun malam masih memberi kesan pada tubuh kereta
sementara rerumputan melepaskan juga airmatanya
namun antara sebuah lagu, daun telinga dan hati yang papa
seorang pengamen dengan rupa Afrika yang mengerut
terlihat begitu resah, membawa Jembatan Merah
dari sebuah jendela yang meleleh
matahari yang dewasa menyapa seorang dara
pohon-pohon mengubah diri menjadi loncatan sayap angin
dan seorang lelaki tua nampak kelihatan bagai pertapa
kemudian pagi, juga segala bentuknya:
relief keemasan, para pengamen yang kelelahan
atau rasa lapar yang selalu dilupakan
saat kita bergegas melewatinya, merantau ke dunia lain
dengan tanpa melihat-lihat, berkata-kata atau berpikir lagi
ada sebuah pintu terbuka, dan kenapa kita tak bertanya!
1998
=AHMAD FAISAL IMRON=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar