Selasa, 25 Agustus 2015

TETAPI, AKU PENYAIR ! karya : Hasan Aspahani

: Gus tf

 

1.

TETAPI, aku penyair

 

bukan pengemis cemas

yang tak pernah yakin selalu ada sesuatu

yang bisa disantap di kantong roti

 

Aku penyair

yang tahu pasti, di kantong roti itu

selalu ada lapar: penuh dan sangat tawar.

 

Ya, aku kira

aku tadi bertemu seseorang seperti Diogenes,

menumbuk-numbukkan ujung tongkat

ke kantong rotiku yang kempes,

“Bagikanlah, bagikanlah sekerat lapar itu padaku.”

 

2.

Tetapi, aku penyair

 

bukan penyihir mahir

menyimpan mantera di saku mantel

 

Aku penyair

yang meringkuk

di dalam tong

– bahasa yang sering dicurigai & kerap disesali –

tetapi ke dalam tong itulah aku kembali

meringkuk seperti janin

menendang-nendang dinding rahim.

 

Aku dengar

ada seseorang berkata, seperti Socrates

filsuf berlidah protes

di depan sebuah syair, sebuah pertanyaan

ia tinggalkan,

“kenapa terlalu banyak kata, berdesakan,

kata yang tidak saya perlukan?”

 

Sejak itu aku lenyapkan diri

berulang kali, di akhir sajak

menghilangkan jejak, agar bait tak sesak,

mengulangi perpisahan:

aku terus berjalan, ke keberbagaian,

sedang sajak menuju ke kebanyakan,

arah berlain-lainan.

 

3.

“Tetapi aku penyair,”

kataku.

 

“Benarkah?” katamu,

“bila ya, mari kita melenyap ke lain badan,

mari kita menghancur ke lain sebutan,

karena dengan demikian

kita bisa menghampir pada keabadian,

kita dapat kuat menahan

kita mampu lama bertahan.”

 




=HASAN ASPAHANI=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar