ajarilah bagaimana menjadi tua
terkuak gapura kesadaran
sehingga tampil kerajaan dalam
tenunan kata mantra
yang kuhamparkan pada hari-hari besar
di bendul pura
adalah untuk menyambut tamu turun tangga
jika berkenan tiba
apakah sempat memberi tanda
dengan kelining lonceng genta
di kuil pedanda
di halaman yang tersapu bersih
dengan tubuh putih
aku menanti di bawah cemara
aku boneka yang butuh dihidupi
bukankah kesetiaan dan kesabaran sebagian
dari upacara
bulan yang berlayar di puncak batu candi
adalah pengawal gawat
yang memungkinkan lakon terjadi
di manakah teluk sunyi yang tidak disinggahi
air di mana pun suci
juga yang terpercik di korban bunga melati
setetes dari telaga purba yang sakti
sebelum ini kutanggalkan keinginan satu per satu
jiwa murni timbul dari siksaan sakit dan ngeri
pengabdian menuntut penderitaan yang dicari sendiri
aku telah membasuh di pemandian tirtasari
dan merasa tak bersalah seperti anak kembali
manusia selalu tinggal sebatang kara
tanggung jawab tertimpa pada seorang diri
nyawa yang yatim minta dipelihara
saudara kandung yang lahir sebelum dan sesudahku
bahkan bunda yang teringat mukanya dalam lamunan
tinggal terkurung dalam pengasingan masing-masing
nasib terkungkung dalam penjara sepi
ketakutan tidak datang dari maut yang tiba-tiba hadir
melainkan dari pedih yang tak kunjung berakir
jadikan aku anak emas
yang tak lepas dari hati
adakah angan-angan yang lebih manis
daripada mengatasi kecemasan
dan bisa berlaku sebagai jantan
terlimpah kasih kepada laki-laki gemilang
bagimu aku putra pahlawan
yang berani lebur dengan bayangan hilang
ketika api hari mati
aku menari sebagai wayang
mengikut getar langkah dewa
satu gerak tubuh kembar
tingkah gending tabuh kebyar
desah napas mengembus seirama
dari pembakaran jenasah menyala merah sekar padma
=SUBAGIO SASTROWARDOJO=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar