Senin, 13 Juli 2015

AKU TERJAGA DITENGAH MALAM karya : Ajip Rosidi

 

Aku terdjaga tengah malam, hening dan tentram

Gunung kelabu samar membatu

Elahan nafas alam jang berat mengembus pelan

Dan dengan nafas sendiri tertahan

Kusimakkan tenaga gaib tersembunji

Mengadjak bangkit, menempelak, meludah penuh dendam

Mengajunkan kepalan, mata merah, terbakar amarah

Karena terlalu lama dirinja terlupakan

Dalam pesta pora kesewenang-wenangan

Karena terlalu lama dirinja didjual

Dalam berbagai pidato dan penipuan

Karena terlalu lama dirinja didjagal

Dalam berbagai pemerasan berkedok kemakmuran

Karena terlalu lama dirinja diindjak

Dalam berbagai upatjara kemerdekaan

 

Kini tenaga penuh semangat gaib

Kusintakkan seperti lahar dalam perut gunung

Bangkit, menggemuruh tiada tertahan

Melanda segala penghalang

Mengatjungkan tangan ke muka

Menerdjang segala perintang

 

Tapi malam hening sepi, detak djantung sendiri

Dalam tentram bumi lelap, suara hati ingin diam tetap:

Tidakkah sia-sia dendam mengangkat tangan

Tidakkah sia-sia pembunuhan menghantjurkan pemerasan

Tidakkah bentuk baru ‘kan muntjul: Di mana pesta berulang

Sedang si ketjil, makin bungkuk dan renta

Diindjak dan diperas tenaga?

 

Tidak. Semangat akan harapan dalam impian

Memberi keremadjaan pada darah dan urat kendur

Memberi unggun dingin api berkobar

Bah membandjir dalam kali gersang

Banteng melihat kain-merah mengibar

 

Tidak. Semangat selalu meremadjakan. Mereka

Puas terbaring dengan senapang di tangan

Tak ketjewa mati sedang berdjuang

Tak pertjuma derita buat harapan masadepan

Karena hidup manusia selalu dipersembahkan

Pada haridepan redup di djauhan

Bagi ketentuan jang tak berketentuan

Karena tenaga dikerahkan

Untuk memutuskan belenggu

Demi kebebasan.

 

Tiada hentinja sepandjang djaman

Perdjuangan manusia, selalu terlibat kembali

Dari belenggu ke belenggu baru

Dari pemerasan ke pemerasan lain

Namun tiada djemu, berontak harapkan impian

Tiada bosan, melawan harapkan kemerdekaan

 

Tiada damai dalam diri manusia

Meluap dan menggelegak, tiada tara

 

Manusia selalu melawan terhadap takdir

Tak pertjaja terhadap ketentuan azali

Karena pertjaja akan tenaga sendiri

Tersimpan di balik mata redup atau tjeli

Larut dalam urat kendor atau tegang

Sembunji di balik badju bertambal dan rombeng

Menjala dalam dada tipis kerempeng

 

Tiada ‘kan habisnja. Setiap djaman. Dan manusia

Mendengar, melihat, menjaksikan dan menjimakkan

Pemberontakan manusia terhadap kekuasaan

Jang dalam mentjengkam diri

 

Dan kala aku terjaga tengah malam

Kudengar pula semangat gaib bangkit tak tertahan

Bagai lahar dalam perut gunung berapi

Semangat perdjuangan mengamang tindju ke depan

Karena harapkan kemerdekaan dan kedamaian

Bagi haridepan jang redup di djauhan

 

Berulang dan ‘kan berulang lagi

Manusia memberontak terhadap diri



 

Tjihideung, 20 Mei 1960

=AJIP ROSIDI=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar