Minggu, 23 Agustus 2015

MALIUN HAWA karya : Ahmad Faisal Imron

setelah itu
kau datang padaku
membawa sebuah parodi
yang tak terduga

bahwa masih di kamar ini
selain puisi, lukisan jingga atau peninggalan Suri
hanya ada seruling kuno, sayap coklat cendrawasih
jarum jam yang kelam atau bunga abadi
yang tak pernah kurelakan pada siapa pun

setelah itu
setelah kau datang padaku
membawa Maliun Hawa
kesedihan yang sempurna

maka lengkaplah
langit di awal Maret ini, seperti pula
detak jantung kita yang membosankan
lebih kelam dari nilam manapun
atau lebih kudus dari lelehan purnama

sabarlah, di luar, tuhan begitu bersayap

dan tak mungkin membiarkan sukma kita menggigil
hujan adalah bahasa lain dari kesedihan itu
namun matahati kita selalu mengira
bahwa purnama yang tenang dan kembali menghilang
bahwa bunga-bunga yang tumbuh dan berguguran kemudian
bukanlah isyarat dari suatu kefanaan

yang semakin menyiksa
melupakan segalanya

tapi kau selalu mengatakan, di luar langit masih berdarah!



1999
=AHMAD FAISAL IMRON=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar