Misalkan, kota ini punya penduduk sepuluh juta
Ada yang tinggal dalam gedung, ada yang tinggal dalam gua
Tapi tidak ada tempat buat kita, sayangku, tapi tidak ada tempat buat kita
Pernah kita punya negri, dan terkenang rayu
Lihat dalam peta,akan kau ketemu di situ
Sekarang kita tidak bisa ke situ, sayangku, sekarang kita tidak bisa ke situ
Di taman kuburan ada sebatang pohon berdiri
Tumbuh segar saban kali musim semi
Pasjalan lama tidak bisa tiru, sayangku, pasjalan lama tidak bisa tiru
Tuan Konsol hantam meja dan berkata:
“Kalau tidak punya pasjalan, kau resmi tidak ada.”
Tapi kita masih hidup saja, sayangku, tapi kita masih hidup saja.
Datang pada satu panitia, aku ditawarkan korsi
Dengan hormat aku diminta supaya datang setahun lagi
Tapi ke mana kita pergi ini hari, sayangku, ke mana kita pergi ini hari.
Tiba di satu rapat umum; pembicara berdiri dan kata:
“Jika mereka boleh masuk, mereka colong beras kita.”
Dia bicarakan kau dan aku, sayangku, dia bicarakan kau dan aku.
Kukira kudengar halilintar di langit membelah
Adalah Hitler di Eropah yang bilang: “Mereka mesti punah.”
Ah, kitalah yang dimaksudnya, sayangku, ah kitalah yang dimaksudnya.
Kulihat anjing kecil dalam baju panas terjaga
Kulihat pintu terbuka dan kucing masuk begitu saja
Tapi bukan Yahudi Jerman, sayangku, tapi bukan Yahudi Jerman.
Turun ke pelabuhan dan aku pergi berdiri ke tepi
Kelihatan ikan-ikan berenang merdeka sekali
Cuma sepuluh kaki dari aku, sayangku, cuma sepuluh kaki dari aku.
Jalan lalu hutan, terlihat burung-burung di pohon
Tidak punya ahli-politik bernyanyi ria mereka konon
Mereka bukanlah para manusia, sayangku, mereka bukanlah para manusia.
Kumimpi melihat gedung yang bertingkat seribu
Berjendela seribu dan berpintu seribu
Tidak ada satupun kita punya, sayangku, tidak ada satupun kita punya.
Berdiri di alun-alun besar ditimpa salju
Sepuluh ribu serdadu berbaris datang dan lalu
Mereka mencari kau dan aku, sayangku, mereka mencari kau dan aku.
=CHAIRIL ANWAR=
(diterjemahkan dari puisi W.H. Auden, Song XXVIII)
* ada dua versi terjemahan Song XXVIII dengan redaksi yang sedikit berbeda di buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar