maka kau hitung lagi hari-hari pertemuan agar tak meleset
tentang cuaca -- persisnya musim -- untuk kawin di kala
hujan dan bumimu subur. "aku gagal menyimpan benihmu
seperti tanah tak menyuburkan tanaman," katamu
sebelum kau lelap bersama mimpi-mimpi mengasuh,
menyusui, atau meninabobo bayimu tiap waktu
kiranya bukan ladang tak setia pada tanaman, tapi
rahim subur akan selalu menyimpan benih agar tunas
yang ditanam. bukan sebab kau tak ingin mengandung,
musim yang salah menghitung kapan tungkul mesti
ditanam dan suburkan
maka usah sesali datang cuaca di tiap akhir bulan
tapi berdoa supaya musim tanam kembali menemuimu
dan kau turun ke ladang untuk menanam benih lagi
-- benih dari pejantan --
bila musim hujan lempar selimut lalu tuju
ladang yang masih subur. hamparkan benih atau
pokok kayu, dan jampilah:
"wahai penungggu bumi yang setia merindu
datanglah dan bawakan ruh baru. tiupkan
ke rahimku yang berladang cadas.
jadilah!
:maka jadilah janin, jadi bayi, jadi manusia
pengawal surga
kun!
kawinlah...
=ISBEDY STIAWAN Z. S.=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar