Minggu, 27 September 2015

BUAT WAN AIPING karya : Indra Tjahyadi

Ketika ajal, aku bergerak ke sepianmu.
Seperti waktu, hari demikian gelap
dan planet-planet putih bangkit dari igaku.
Aku melawan kejahatan dan tanah-tanah retak
menyerap jejakku. Burung-burung memanggul derita
cuaca melebihi kecantikanmu. Keheningan melontarkan
spermanya ke dasar kabut.

Sedang dari balik reruntuhan kulihat malam
hadir lewat penggalan-penggalan kepala
kerbau yang membangkai di padang-padang tandus,
seiris bulan meluncur, melukis kumbang di dasar taifun.
Tapi, betapakah aku tak butuh perempuan serupa kesunyianmu!
Anak-anak malaikat lahir dari kekelamanku.
Sukmaku berlari dari satu keheningan ke keheningan
lainnya serupa birahimu. Tapi, maut dalam luka tak juga
memutihkan mataku.

Karena seluruh kesia-siaan merayapi
kulitku, kini aku pun terbunuh
dan langit demikian telanjang, merintih
dalam kesepianku. Melankolia-melankolia batu
mengental dan kesucian-kesucianku tercuri sayatan
seribu gairahmu. Bersama kata-kata,
tapi betapakah seteguk tidur terguncang!
Dan mulut-mulut Tuhan menangis darah di napasku.
Kelak aku menjelma gerhana dan perasaan-perasaan putus asa
mengerang dalam diamku. Sebab, akulah lelaki
yang telah menjadi jenazah di tatapan seekor kunang
seperti keremajaanmu. Seluruh bayang-bayang melolong,
arwahku memekik, beku di dasar guntur.



1998-2001
=INDRA TJAHYADI=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar