seorang anakanak riang kala kembali melihat foto di album
suaranya melompat-lompat, ia tunjuk gambar itu: "lihat, berapa
tahun silam kalian abadikan ini? di sebuah gerbong kereta
paling mahal. untuk perjalanan ke mana?"
aku dan kau hanya tersenyum. mengingat masa lalu saat
gambar bersama sebelum pluit bunyi dan kereta mengerang
untuk meninggalkan pengantar yang menyimpan kenangan
di gambar itu aku merapat padamu. kau makin mendekat
lalu tanganmu yang lain menjepret dengan handpohone mahal pula
"perlu ada kenangan sebelum hilang sama sekali," kataku
"aku justru ingin mengabadikan dengan ini," jawabmu
tapi adakah keabadian yang berselancar di bawah matahari
apakah jarum waktu yang terus berputar akan berhenti
sebagai abadi? waktu akan berganti. peristiwa akan kita buat
dan kenangan bisa hilang
"aku ingin bersaama kenangan-kenangan," kau meyakinkan
lalu kukecup bibirmu yang dipenuhi taman itu. aku sedang
mencari manis bunga di sana -- mana pula sungai surga
yang mengalir sejuk? --
"karena di taman itu tak ada apel, kuberikan bibirku
untuk kau iris. jika kau rindu mencecapnya..." katamu lagi
tapi urung kucecap sepotong bibirmu, sebab anak-anak itu
menghentak lamunan kita: "kalian kini sudah menjadi tua,
sebagai kakek dan nenek, tapi betapa mesra di dalam
foto itu? berapa tahun silam gambar ini ini diambil."
aku menatapmu dalam. kau masuk ke dalam mataku
"kita tak pernah kembali ke masa lampau. di ini waktu
kita masih saling mencinta..." ujarku,
kau mengangguk dan tersenyum
pada anak-anak yang sesungguhnya hanya bayang...
=ISBEDY STIAWAN Z. S.=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar