Aku memandang wajah-wajah saudaraku
dengan mata berembun
berbaris ke negeri orang
ke negeri para majikan.
Apakah yang mereka renungkan?
Wajah para tuan yang memungkinkan mereka naik
pesawat terbang
memperkenalkan peradaban dunia, musim dan bendera
berbeda.
Atau mereka bayangkan
tanah air hamparan negeri dengan berbagai sebutan
dan lagu-lagu yang ditanam guru-guru sekolah ke
dalam batin
Juga potret-potret pahlawan yang mengabur
dan kini digantikan orang-orang berbaju safari
dan pakaian seragam
yang begitu sering mondar-mandir di jalanan nasib
mereka.
Begitu royal para petinggi itu
menghibahkan berbagai perintah, pungutan dan
larangan
hingga tiba-tiba semua orang menjadi akrab
dengan berbagai macam kehilangan
Dari atas pesawat,
kupandangi hamparan tanah air hijau dan lapang,
namun begitu sempit hingga mereka tak mampu
bahkan untuk sekedar menarik nafas dan membangun
kehidupan.
Ketika waktu makan tiba
kulihat begitu lahap mereka santap sajian di
pesawat:
Ikan tuna saus mentega,
nasi gurih panas,
kue coklat krim buah,
segelas sari jeruk.
Seperti hidangan raja-raja,
mungkin begitu batin mereka.
Dan kini kulihat mereka sepenuhnya
siap menjadi sahaya di mana saja di dunia.
=AGUS R. SARJONO=
=AGUS R. SARJONO=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar