Aku berpikir tentang bulan
di tengkukmu. Angin
yang sedih datang,
membawa seratus bangkai kupu-kupu.
Jasadku membiru, dicabik-cabik
gemuruh. Kilat menyusut, melontarkan bola
bola hitam taifun. Malam beratus-ratus tahun bangkit,
mengutuk nafasku.
Pendiamanku mendentum,
mengkhianati ajalku.
Seluruh kejahatanku memecut.
Keparauan menghidupkan serpihan-serpihan mayatku.
Tapi, betapakah pada arus kali yang keruh
aku masih saja menemukan potongan
potongan jenazahmu.
Bagaimana harus kuurai
panjang rambutmu? Seluruh
kekosongan melesutkan deritaku.
Kesendirian-kesendirian daun
menghentikan detak-detak
jantungku. Birahi-birahi
pasir memusar, sekarat di tengkorakku.
Dari seluruh penjuru kudengar bunyi-bunyi lindu.
Tapi, segenap ledakan sungsang mengubur malaikat
di jurang halimun. Aku menjelma hujan,
meleler di batang-batang
harum payudaramu.
Ikan-ikan gaib berterbangan,
meneluh setiap ceceran tidurku.
Aku nyanyikan kasidah-kasidah panjang
kematian serupa kecantikanmu.
Tinggalah keterasingan
mendekam dalam nafsuku. Esok segala rupa akan raib
dan aku kekal dalam kebinasaanku.
Kini, kumaki kebahagiaan,
belatung-belatung tikus
memendam segenap rasa sakit
yang ditorehkan mendung.
Bersama tetesan-tetesan embun,
tatapanku rabun, menukik ke angkasa,
membutakan seribu mata cahaya dan guntur.
1998-2001
=INDRA TJAHYADI=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar