Minggu, 27 September 2015

SAAT HUJAN MENGGAPAI CAHAYA karya : Indra Tjahyadi

Saat hujan menggapai cahaya,
aku yang melihat bulan
seperti belatung
gadis-gadis centil dengan tatapan
seorang pemabuk di rongga jantungnya.
Pengamen-pengamen tua dengan anjing-anjingnya
yang kudisan memuntahkan airmata panas
ke wajahku yang renta.
Seperti dunia tanpa suara,
sebuah sungai dengan tebing
tebing kilat yang kerontang mengawali
setiap persetubuhan.
Bayang-bayang Sorga raib
ke sebalik kelam. Mimpi-mimpi
maut mabuk dalam gerhana.
Dengan lidah-lidahnya yang tajam,
muram-muram zaman mereguk
segenap kesucian. Fenomena
menjentik dan seluruh fatamorgana
menyerupai malam yang kehilangan pejalan.
Seperti sebuah ketelanjangan, aku mencapai ketiadaan
dan padang-padang sunyi dibakar kegelapan.
Bumi hitam dan gambar-gambar pasir
yang binasa mencabik seluruh keheningan.
Dari ingatan mereka yang mati,
binatang-binatang liar dasar laut bangkit
dari kedalaman. Arwahku runtuh, menjelma
menara di kebisuan.
Karena kesepian telah menjelma bisikan,
sebuah oase dengan gelombang
gelombangnya yang adas
membesatkan keperihan.
Seratus lindu
menjelma kehendak
kehendak hewan-hewan buas
yang menyimpan mayat seorang pendosa.
Seperti sisa dingin mengerak di udara,
kadal-kadal derita merayapi cuaca.
Sajak-sajak mengalir bersama darah
dan senantiasa kembali ke Neraka
“O bukit dadamu yang setia, tiang-tiang patah
membuka gerbang kabut luka!



1998-2001
=INDRA TJAHYADI=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar