Senin, 13 Juli 2015

MAKAN GADO GADO karya : D, Zawawi Imron

Buat BS dan BMS

 

Di restoran itu kupesan sepiring gado-gado.

Harganya lima euro, lima belas kali harga gado-gado buatan Ning, Balai

Pemuda, Surabaya.

Aku telah bosan melangkah dari roti ke roti sampai angan-angan seperti basi.

Sendok dan garpu menari, kuserahkan mulutku pada irisan

kentang, lontong, tauge, kerupuk udang, dan bumbu pedas

yang makin memantapkan keindonesiaanku.

Detak jantungku menabuh gamelan, nafasku menjadi angin yang

melambaikan daun-daun nyiur, dan rohku menjelma pencalang yang

menciumi ombak demi ombak Kepulauan Seribu.

Saat kubayar gado-gado itu, aku berbisik ke arah yang jauh:

“Ning, aku di sini masih merasakan ramah gado-gadomu,

tapi uangnya kubayarkan kepada orang lain di kota Den Haag.”

Dalam langkah pulang ke hotel, masih kujilat sisa bumbu yang

melekat di langit.

Peristiwa di tanah air tak semuanya enak dikenang.

Tak semuanya selincah lenggang layang-layang.




=D. ZAWAWI IMRON=

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar