Simpang jalan
Aku tegak
tapi tak mampu setinggi gedung sejarah
yang konon sekian abad tak pernah tua
Mungkin yang kumiliki sejenis trauma
yang diwariskan narasi hati yang luka
Mengingat Daendels
jadi teringat kakek moyangku
yang mati kerja rodi
membuat jalan dari Anyer ke Panarukan
Masih di simpang jalan
Aku tegak
tapi tak mampu menghitung lada dan pala
yang dulu diangkut ke mari
Kemegahan ini
mungkin hanya kekosongan
Saat seorang professor berteori
yang kudengar hanya kebohongan
Dengan cepat kujelma burung merpati
di udara kunyanyikan puisi
untuk melupakan wajah-wajah gagah yang bengis hati
=D. ZAWAWI IMRON=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar