Siapa yang perkasa di sini?
Bahkan laut dan langit tak jelas batasnya
“Mungkin Tuhan
menggantung nasib kita
pada sebutir sekrup,”
kuingat omongan teman bernama Agus
Tapi kami terlanjur naik
Begitu pintu ditutup
tak mungkin turun balik
Kami jadi doa di hati setiap sekrup
Terbang di atas Persia yang subuh
seperti memeluk kitab tasawuf
kalau pesawat jatuh
pintu sorga belum terkatup
Di angkasa ini
ruh seperti cuma separuh
Ke timur sedikit Afganistan
yang bermain antara cinta dan angkuh
“Selamat pagi, Afganistan!”
“Selamat pagi,” sebuah sekrup menyahut
Jawaban yang bukan basa-basi
Senyum pramugari yang menyajikan kopi itu
Tak mampu mencerminkan kedalaman laut
E, sorri, kedalaman Maut
=D. ZAWAWI IMRON=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar