Hatiku yang hitam telah memetik bedil
Dengan tangan kekasih
Di ujung pelarian aku masih coba memandang: nihil
Terlihat dalam diriku pertempuran kaum salih
Dengan hati merah aku membakar matahari
Menggulir bola-bola nestapa
Tuhan terus memetik kecapi di hutan-hutan sunyi
Membungkas jiwa yang diam, o, sang pertapa
Kekasih terus bertanya tentang harga kesetiaan
Tentang kejauhan arasy-Mu
Aku menunjuk ke puncak terus ke bawah ke dataran
Kepada hidup dan jawaban yang tersimpan dalam kalbu
Kita berhenti pada luka
Tepi hari-hari mati
Kupersembahkan hati, jiwa semesta
Ayat-ayat fana, jantung tertidur pagi hari
=KORRIE LAYUN RAMPAN=
=KORRIE LAYUN RAMPAN=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar