Selasa, 06 Oktober 2015

SEUSAI HUJAN, DAN KAU TERNGIANG karya : Isbedy Stiawan Z. S.


bekas hujan masih terngiang di pucuk-pucuk daun, di setiap
langkah yang mengantarmu pergi dari sini menuju Sana
dan awan yang masih menahan beban hujan sudah
tak tahan, ingin menumpahkan lagi ke bumi yang kautunggu
meski kau sudah ingin menjauh atau lari ke balik lindung,
melepas burung-burung setelah kaupasang
mantera, terbang ke angkasa. ke tuju pusat kabut. bercumbu
dengan gumpalan air yang sebentar lagi akan luruh sebagai hujan

lalu bulu-bulu burung yang telah pula gugur sebagai kapas
dan hinggap di ranting-ranting, di pucuk daun,
atau di sekujur pohon. membuatmu teringat
pada malam kudus: ketika yesus memanggul kayu melangkah
dengan berat menggelilingi kota golgota: "tapi dia
bukan Isa! ke mana lelaki Nazaret itu kini, setelah disulap?"

aku menunggumu. di bekas hujan yang mungkin akan
tergenang pula langkahmu yang memanjang, tapi
bukan sebagai labirin. di tempatmu itu akan pula
kutulis setiap jalinan perjalananku: juga memanggul
beban--namun bukan bongkahan kayu berupa salib.
"akulah yang melangkah itu di bawah gerimis,
setelah hujan mengiris."

hari yang penuh luka. di bawah langit dan cuaca yang
sulit kauterka aku tetap berjalan. menuntunmu hingga
di depan gerbang Kota: memandang setiap tugu, setiap patung
yang selama ini tak akan memberi apa-apa, kecuali penat

dan matamu layu. sebab mata-mata patung dan diamnya tugu
sedingin tubuhmu oleh cuaca yang terkadang panas,
kadang pula berhujan....



sebelum dari 5 Juni 2010
=ISBEDY STIAWAN Z. S.=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar