Dari dalam gelombang, jiwaku
yang tak berdaya melontarkan guntur.
Jalan-jalan iklim bersiul, mengukuhkan
pilu. Samadi kemiskinanku mencari-cari
rambut panjangmu. Di langit, kilat
meledak. Para pengemis memayungi
mataku dengan kabut. Darah-darah hitam
para pemabuk mencambukkan kilat-
padat: melebihi susumu.
Kanak-kanak tikus memancarkan
aroma sampah perunggu. Bangkai-bangkai
kusta malaikat membakar sejarah rumah
para penyamun. Kenanganku dibentuk
dari tahi-tahi perusuh, dongeng-dongeng
kelelahan laut mengingatkan kembali kesedihan
zaitun. Aku mencibir, tapi kau begitu cantik
dengan pipi berlesung taifun.
Angin bulan maret yang mengijingi
mimpi mendirikan candi-candi musim.
Labirin pohon-pohon kerdil digithik
gerhana, menyerupai sihir. Jurang sunyi
yang curam menyimpan makam tangis petir.
Barangkali memang telah selesai urusanku
dengan hidup! Betapa tubuh mungilmu masih
saja kurindukan sepanjang kelu. Seluruh nostalgia
kini karam-hijau-pipih. Burung-burung camar
binasa di ujung pantai, membisikkan nasib.
Kau tatap mayatku sekali lagi. Kesialan begitu
jernih menamaiku dengan sepi.
2004
=INDRA TJAHYADI=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar