di ngarai sianok, ketika langkahku nyentuh dingin
hujan pun berurai. segelas kopi tiba-tiba gigil
seperti meninggalkan mantel di jalan
--pagi berkabut, malam berembun—
Seperti sijingkat maut
Seperti bibir mengulum
ada cerita yang kemudian dilupakan
dari benteng japang
menyusuri lengang
suara-suara sumbang
aku amat cemburu. Mengapa tak kaubawa
kisah lama, malin yang duduk di wajah batu
atau ibu yang menadah ke curahan hujan
sebelum petaka benar-benar tiba. (mungkin aku
yang dikutuk atau terkutuk: sebagai batu
lalu berabad-abad menunggu hujan reda
dari kelopak mataku. (Tapi di pelipisku masih tampak
bekas luka yang kauhunjamkan sebagai dendam)
aku sangat cemburu. Bertahun-tahun kubaca kaba dan tambo
di sepanjang jalan menuju pantai kisah.
Dan ngarai ini selalu membawa kenang
Selalu melupakan ingatan:
aku orang baru asing…..
Padang 1984, 1997
=ISBEDY STIAWAN Z. S.=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar