KITA pun bertemu di taman tebu. matahari ngengat
aku pun berlari hingga masuk ke perut ladang,
mencium tanahnya: “ini ulayat poyang
demi kemakmuran para cucu!” kudengar suara
cuma sekarang bukan lagi warisanku
sejak ia datang dan menanam besi,
membangun gilingan—mesin yang menjadikan
segala jadi gula—lalu para cucu kian menepi
ke dalam hutan atau melata di perbatasan
MAKA kusebut pencuri jika kalian masih juga
beramai-ramai menanam tebu
di lahan-lahan yang berabad-abad
kami tanami pohon-harapan
“sehektar dari lahan itu
tertanam usia kami.”
2002-2003
=ISBEDY STIAWAN Z. S.=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar