: bersama hudan hidayat
aku tamu tanpa lebih dulu mengetuk pintumu
pada siang yang pukang. lalu kau menyambutku
dengan wajah tulang; seribu pendatang
telah terusir dan kini menggelandang
seperti piatu yang membawa genderang
-kota pun jadi gamang, katamu
menunjuk sejumlah barak penampungan
untuk menunggu dipulangkan
mungkin aku mengenal mereka meski
dari wajahnya yang lebam atau garis-garis
di kulit berbentuk kilatan. “ini bekas tinju
dan cambuk,” seseorang mengadu
aku tahu, hidup di negeri orang
tanpa ketukan akan melunta
aku tamu yang membawa ketukan
meski belum sempat mengetuk pintumu
aku sudah pula terusir. “setiap pendatang
dari negeri tanpa kata dan mata,[1]
di sini akan melata,” ujarmu
tapi aku datang dari negeri sajak
di sakuku berjuta kata
akan membuatmu kenyang
walau mataku tak bisa membaca
segala gerak dan tanda
- di hatiku tumbuh bunga
silahlah kau memetik
dan letakkan dalam vas antik
Johor Bharu, April 1999-Kualalumpur, Desember 1999
=ISBEDY STIAWAN Z. S.=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar