Sebab hujan makin kafir bagi jantungku,
angin yang culas kupecahkan di perbukitan
dadamu. Burung-burung marabu
yang sekarat di kedalaman halimun
membangun menara, menorehkan pilu.
Tanpa batu kebodohanku meledak, menyihir
gerimis jadi kupu-kupu.
Kesadaranku tremor. Garnisun-garnisun
hantu menisbikan lindu. Ketiadaan yang sepenguk
liur tikus mereguki mayatku. "Tapi, di negri
yang porak ini semua akan menangis, sayangku..."
Masa lalu bangkit dari luka. Akhir seluruh harapan
menghunuskan parang ke mataku.
Segenap kebencian memanjangkan
rambut gemuruh.
Pada yang bernama rindu, sorga telah membakar
tandas jasadku. Pelirku yang besar adalah dosa seratus
riwayat pemberontakan dan perdu. Aku penyair gelap
yang tak diinginkan cumbu. Sayangku,
perselingkuhanku dengan dendam memulai
kembali surealisme dan setubuh. Bangkai-bangkai
serdadu bersilolong di mula kejahatan-bergeludhuk
=INDRA TJAHYADI=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar