Kau tentu kenal kerumun itu, gumpal kata kosong
dalam benakku. Sesekali bagai ruang , tapi lebih sering
hanya geronggang. “Engkau bayangkan ia berlesatan
jumbuh, menggeliat-nyembul dari kepenuhan.” Ah,
Kau tentu kenal kerumunan itu, gumpal kata entah
dalam sajakku. Sesekali bagai bara, tapi lebih sering
hanya arang-hampa. “Kaubayangkan aku gerabah
dan berharap dibakar semacam entah.” Sia-sia,
alangkah.
=GUS T. F.=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar