IA sudah terlelap sejak beberapa jam lalu. meninggalkan obrolan yang kini
ikut pula mengabut
dan pesan pendek di telepon genggamnya yang belum terbaca, entah siapa
pengirimnya
namun tentulah seorang lelaki--si pengembara dan yang selalu mengaku
pejantan--pada
setiap perempuan yang ditemuinya. "aku don juan," kata lelaki itu suatu
ketika, atau
"aku kaisar yang memiliki banyak selir," ujarnya di lain kesempatan. ia terus
mengirim
pesan ke sejumlah telepon genggam sebagai salah nomor atau jemari yang tak
memiliki
mata. tapi kemudian, terus-terusan lelaki itu menembakkan untaian puitis
dalam pesan-pesan
pendeknya. --memanglah singkat, cuma setajam sembilu--
dan ia akan teriris meskti tidak meringis. sebab ia tahu benar cara
meninkmati untaian kata
manis dan meninabobo. "aku hafal benar cara tidur dalam buaian yang
didongengkan
seorang ibu. ninabobo yang selalu kurindu dari bibir ibu," katanya, lalu
membaca atau
persisnya menikmati setiap inci kata, sebagaimana ia sedang menghitung
berapa lekuk
yang ada di tubuh lelaki itu
dan kini lelaki itu jadi buah bibir. setiap perempuan mana tak akan mengingat
dan menginginkan
lelaki itu? dalam labirin yang pekat. dalam kisah-kisah yang disimpan di
benak warga. "kau pun
telah menonton lelaki itu bukan?"
dan para perempuan dalam pelukan, dalam kisah-kisah yang ditulis lelaki itu
salah satunya
adalah ia, yang kini terlelap dan tak ingin bertemu matahari
sepanjang waktu ia bersembunyi ke balik jam, lampu, dan langit yang
benderang
ataupun temaram
--alangkah sakit karena luka di bibir orang-orang--
lalu ia seperti ingin selalu terlelap. menjadikan siang sebagai malam, dan
kelam dia harap
tak berubah benderang!
10062010; 02,30
=ISBEDY STIAWAN Z. S.=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar