Aku sentuh dagumu. Pelir gemuruh yang kekar
membentang sepanjang sunyi, mengepakkan
harum pilu. Seolah muntahan-muntahan pemabuk, aku
tanggalkan celana dalammu. Deritaku yang teguh bersatu
dengan halimun. Kamar-kamar hotel yang menyimpan aroma
tubuhmu: tinggal gelap tanpa setubuh.
Gairahku pucat-samun, dipenuhi syahwat
hantu-hantu. Tahun-tahun lewat, seolah jalan-jalan kelam
yang dilangsamkan perusuh. Di pucuk-pucuk gemetar
jemariku bangkai-bangkai burung membiru, kehilangan
mendung. Aku susuri hari-hari yang hanya dipahami kutuk,
tapi ujud pikiran warasku terpenggal, menjadi lebih nyata
daripada perdu. Berbuntal-buntal pantat-pantat kekosongan
menjeritkan taufan, menciumi jiwaku.
Aku tenggelam dalam keremajaanmu. Tanah-tanah
segala percintaan retak, memuntahkan pagebluk.
Selapis geludhuk meloncat-loncat di udara,
membentuk semacam labirin, membakari keterpencilanku.
Sebab, kagumi coklat payudaramu, arwahku lapuk,
kesadaranku terjebak lindu! Kelak riwayat kematianku bermula
pada akhir rindu.
Serupa pelabuhan-pelabuhan tua,
kini tatapanku cuma buta, mengingat
rasa telanjang, mengkhusyuki rontokan
dij`vu daun-daun.
=INDRA TJAHYADI=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar