Kau masih setia mencatatkan syair
Pada kebekuan dinding malam yang kian lembab
Pada kisi kisi langit yang terlihat legam
Meski angin tak henti menggigilkan kata
Membuat barisan makna berdetak lemah
Namun jemarimu tak ragu melaju
Menggiring bayang hingga keujung muara
Seperti nyanyian angin yang mendesah
Kau iramakan tarian rindu di selembar kertas
Membuat rangkaian aksara menggeliat resah
Mengerang dalam makna yang tiada berarah
Hingga jiwa memekik perlahan disela himpitan sepi
Kau masih tak henti mengguratkan jemarimu bagi kepedihan
Meski kau tahu buku jari telah memerah
Meneteskan darah dari balik luka yang tersibak
=MERPATI=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar