Kamis, 16 Maret 2017

CINTA SEMUSIM

Rindu luruh
Bagai air menyusup kebalik bumi
Menghilang wujud tiada bersisa
Putik ditaman hati beterbangan layu
Mengering dan mati ditimpa kerontang surya
Hasratku dan jari jari cinta
terbakar lelah
Menguap perlahan sebelum senja berakhir


Cinta semusim tiada menggurat warna
Tak lekang dimamah kikis serentang waktu
Tunas melayu, rebah dihembus angin pulang
Tiada menyungkai goresan kesan disudut kenang
Cinta hanya sesaat hadir bagai nafsu
Lalu menguap bagai embun sebelum sisa usia



=MERPATI=

Rabu, 15 Maret 2017

TAK JEMUKAH ENGKAU ?

Lelah sudah bincang tegas
Mengapuri dinding hatimu tanpa warna
Hanya kejenuhan merapati bilik jiwa
Mengarak benak rebah dipelaminan sepi
Tiada terbangkit lagi asa berkobar
Bahkan isyarat kasih hanya berakhir debu
Menguap dan hilang disepanjang kaki angin


Engkau bagai kura kura dalam cangkang semu
Mengurapi wajah rasa dengan sebilah kepalsuan
Bincangmu hanya menyuarakan bait bait samar
Yang menggenangi dusta dengan segumpal kebisuan
Aku letih mengarak kepingan mimpi
Hanya kian menorehkan garis kelam di pelangi jiwa

Tak jemukah engkau berkawan kepalsuan ?
Menyerukan bulan pucat bagai kemilau bintang
Hingga hilang sebaris kesejatian rasa
Yang membuat hari hari mu menjadi semakin renta



=MERPATI=

AMARAH

Di ruas bincangnya menyala dendam
Mengutuk pada kisah bumi lampau
Seribu cerca bergulir
Membakar panas rongga dada terhimpit
Tiada nyanyian mencipta luruh
Hanya semakin membuat bara menggelegak
Menjelma dalam geram puisi yang menyala


Disetiap aksaranya menyungkai amarah
Melukis kesumat sepanjang bait tercipta
Wajah kehidupan dunia telah menikamkan
Ribuan belati tajam yang mengoyak nadi
Melelehkan buih buih rasa pada bejana kebencian
Yang dia tahu dibalik tawa tiada kemanisan
Hanya sekawanan wajah dusta dibalut semu

Disepanjang ruang waktu
Dia berjalan diatas wajah angkara
Sesekali kenangan muncul
Menyalakan kembali bara yang tak pernah padam



=MERPATI=

ADA SAATNYA

Daun berserak dibawah jendela
Memagar kusam geliat lautan hati
Seribu embun tiada berkaca ripah
Hanya luruh mengendusi bumi yang terasa renta
Mulutmu tak lagi mengucap kebenaran ombak
Sebab gerimis telah memamah semua rasa dalam kemunafikan


Bukankah angin telah membawakan segenggam bisik kebenaran ?
Namun keakuanmu tiada bergeming pada arah
Berpaling lurus menjelmakan sebuah raut samar
Dan aku telah begitu tegas menyarangkan sebaris aksara
Tentang obor yang telah menyalakan gelap malamku
Tentang cinta yang telah kau bangunkan dari tidur lelapnya
Namun bincangmu kian menyerupai angin yang ketakutan

Angin itu tak henti menghembuskan ujar mata hati
Lukisan rasa yang kau redam lewat bincang kaku
Dan aku telah ribuan kali membaca gerak jiwamu
Hanya mampu nenghela butiran nafasku pada kecewa
Andai kau tahu
Ada saatnya lelah bertandang
Dan membawa pergi semua nyanyian hati ke titik jemu



=MERPATI=

GELEGAK ANGKARA

Melangit bersama camar
Teriakku menembus gemuruh ombak
Memecah nyanyian pantai
Segala gairah terberai
Menjelma pada purwa saga kebencian
Aliran darahku menggumpal
Mencipta bara dibenak merah


Kutunjuk awan dengan sepuluh jariku
Mengumpat wajah angin
Yang menghembuskan bahagia tersisa
Kucerca bumi seusai merampas bayanganmu
Teriakanku tak henti menggamit kegelapan
Mencaci maki bersama ribuan buih angkara

Aku marah
Aku benci
Kulahirkan dendam yang berkarat
Entah pada apa ?
Entah untuk siapa ?
Aku tak peduli !!
Yang kutahu
Gelegak bara di nadi tak lagi mampu kuredam
Menggeliat resah mengendusi jejak angkara



=MERPATI=

DARI HATIMULAH

Dari tubuhmulah kata kata memancar makna
Membuat kolam jiwaku bergemuruh
Melemparkan sendi hasrat kebalik puncak angan
Kutulis ribuan sajak tentang indah dirimu
Menyalakan sepi malamku pada riuh
Merenggut kegelapan di langit pada sebutir bintang


Dari alunan kasihmu
Puisi puisi ku bernyanyi gempita
Mengarak bulir bulir debar pada dendang asmaradana
Aku terbangun dari lelap kegelapan
Seperti kupu kupu yang beranjak dari kepompong nya
Memapak kemilau sinar keindahan
Yang lahir dari barisan senyum terindah

Dari geliat jiwamulah
Sekawanan lagu merduku mengalun diantara awan
Mengurai hembusan cinta dari jasad terbaring
Menjelmakan ribuan makna indah dari getaran nadi
Dan kusadari dari keindahan hatimulah
Kegelapan cintaku ternyalakan lagi



=MERPATI=

GORESAN NAFSU

Lautan malam bergemuruh
Ketika tangisan semesta merenda
Dan airmatamu tak henti berderai
Membasahi sekujur dadaku
Membuat aku kian resah
Dalam pelukan gundah yang renta


Dari balik kaca jendela
Angin bersiur membawa gigil
Meneriakan seribu caci maki
Pada hasrat jalang terkutuk
Pada gairah malam yang membuai
Aku terpasung disela aliran sesal
Yang menetes berkilau dari tubuh telanjang

Dengan jari jari gemetar
Kurengkuh engkau dalam pelukan
Kuyakinkan lewat kata
Tentang sebaris impian
Yang tiada akan terberai
Meski kini raut nafsu
Telah mencoreng kanvas ketulusan



=MERPATI=

BIARKAN AKU

Jangan kuburkan wajahmu dibalik rindu
Agar ilalangpun mendengar
Setiap desahan sepi
Yang terkuak dari indah bibir tipismu
Biarkan aku menjadi air penyejuk
Ketika bara hasrat membakar nadi
Hingga tiada kesah menaungi bincang sunyi


Aku hanya sepotong hati
Yang bertabur benih kasih
Disepanjang ladang persemaian cinta
Usah kau tutupi manis senyummu
Dengan sejuta keraguan yang terkuak
Dari lorong sisa kegelapan masa lalu

Bicaralah padaku
Tentang gumpalan bara hasrat
Yang tak henti membakar benakmu
Dan desahkan kawian cinta yang tersendat di kalbu
Kerna engkau adalah perempuan termegah
Yang telah membangkitkan kembali
Jasad cintaku yang telah membeku



=MERPATI=

MENANTI LURUH

Embun bertahta
Menyungkai gigil dipelaminan kasih
Aku terjerembab diantara jejak licin
Yang tergambar
Dari garis hitam bayangan cinta


Kerinduan
Tak henti bertumpu dibalik bayangan angan
Tiada rupa menjelma sua
Bagai angin berhembus tanpa menghantar wujud
Pergimu mengarak jejak
Hilang tiada berbekas

Aku tak mampu lagi
Merangkai keindahan puisi
Disepanjang ruang waktu kesendirian
Dan aku hanya mampu menatap dalam beku
Menanti segalanya luruh dan hilang dalam sejarahmu



=MERPATI=

SEBELUM PETANG MEMBAWA JASAD PERGI

Sebelum senja menutup diri
Kugapai tawa rembulan di atas hati
Jalan berliku tiada menjadi aral
Melepahi tiap jengkal senyuman
Dengan jejak keindahan yang terlahir
Kusemai ribuan benih cinta diruang waktu
Barangkali masih kutemui setangkai bunga
Yang dulu pernah memenuhi bilik sempit jiwa ini


Aku tak pernah henti mencintai
Seraut wajah yang tak hendak kubuang
Sosok jiwa yang telah berkalang dalam darah
Menyatu disetiap hembus bahagia yang terlahir
Aku mencintanya laksana malam
Yang tak pernah henti mendekap kegelapan
Dimana setiap desiran angin
Terdengar bagai lagu syahdu rayuan cinta

Sebelum petang membawa jasad berlalu
Kuingin berjabat sua purwa rupa dirimu
Sepasang paras jiwa yang tak henti kucintai



=MERPATI=