Jumat, 11 Juni 2021

AKANKAH KEMBALI TERULANG ?

Getar langlt tak berbatas
Mengurai semilir angin ke ujung badai
Ripah kisah tak selaras hasrat
Mengeram beku di palungan takdir
Memancang cermin silam direntang arah
Hanya membuat kuku jiwaku geram
Bergolak tak mampu menikam suratan

Tuhan
Telah kulewati separuh masa
Mengenyam getah pahit takdir kehidupan
Telah ku jelajahi bebatuan runcing cinta
Dalam keterasingan raga yang menyakitkan
Hingga berakhir dipelukan maut perkasa
Tuhan
Saat bunga rampai bermekar indah
Ketika daun daun semi bercahaya dipeluk cinta
Akankah cerminan silam memeluk kembali kisah ?
Melemparkan sepasang hati ke pusaran cinta kelam
Hingga maut memeluk buritan cerita

Aku jenuh
Aku lelah
Sagaku membara dalam angkara
Ingin kupekikan segenap gelegak membakar
Namun pada siapa ?
Sedang anginpun tak mampu menjamahnya

=MERPATI=


MENANTI MUSIM TIBA


Usai geraham waktu memamah seluruh kenangan
Tak terbaca lagi desah namamu yang mengiris
Dan jalanan sepi seolah bertabur ilalang rimbun
Mengenyahkan silhuet wajah
Yang dulu tak henti menggulir sepanjang jejak

Tak perlu lagi kunyanyikan madah keindahan
Yang tak henti mengaliri sudut bayangan
Melepaskan jubah hitam keterpautan
Direntangan masa yang menggamit kemunafikan
Kutinggalkan jejak samar yang tiada terbaca

Biarlah kita tetap bernaung di langit yang sama
Mengeja arah jalan tiada berkait rasa
Kususuri tikungan fajar dalam keteduhan hasrat
Menunggu sesosok musim datang menyapa
Membaluri daun daun semi kembali bercahaya

=MERPATI=

Minggu, 27 Mei 2018

TAK HENTI KUCORETKAN DENDAM

Di dinding laut terluka
Gelombang mencoretkan dendam
Mengasah ribuan tikai aksara
Mengayuh pedang kebencian di kisi bahtera
Di atas bayangan pekat kedukaan
Kurobek semua kanvas keindahan rasa
Hingga yang tersisa hanya serpihan debu

Mungkin langit tak berharap badai
Namun keakuan tak hendak berjabat purwa
Di rona angkara, kukunyah darah
Memercik tak bergeming pada nestapa
Meski pasir pantai menjeritkan keluh
Mengerang pada angin luka meradang
Namun masih kuhunjamkan jua
Belati kepedihan yang terlahir dari dendam

Di laut angin masih menjulangkan duka
Mendesir pada sepi yang semakin renta
Namun jemariku tak peduli
Tak henti meronta, menggoreskan aksara saga
Disekujur kisah yang telah menjelma buih

=MERPATI=

EGO

Bumi mengerang menggapai beban
Memalingkan muka disetiap tetes darah
Meski angin tiada mempersoalkan perih
Saat tajam kelukaan merobek dahan
Namun duka terlanjur merambah nadi
Mengisyaratkan sebaris rentang kepekatan hari

Ada gelegak menggemuruh
Membakar jantungku hingga mengerontang legam
Meremas keakuan bangkit
Menjelma dalam butiran saga disudut resah
Tak layak pintamu kuukir dalam tarian rasa
Hanya melahirkan gelisah tanpa ujung

Mungkin engkau takan pernah mampu
Menangkap makna yang kulontarkan dalam diam
Sebuah wajah pergulatan
Yang kusadari akan melumatkan segalanya
Hingga tiada menyisakan jejak di rentang waktu

=MERPATI=

KEKASIH KEGELAPAN

Lalu malam akan menjadi kekasih setiaku
Menguak ribuan elegi dari resah aksara
Dan rindu tak lagi melahirkan kidung
Yang kerap mengarak bayangan mu
Dalam sebaris senyum rekah rembulan

Mungkin tak lagi kupeluk
Ribuan sajak yang mengaliri sungai cinta
Usai kau pilah kisah ke sudut remang
Dan mendamparkan
Hingga terbenam ke balik lipatan angin

Andai kau tahu
Pilar kasih yang kini menjulang tegak
Kubangun dari ribuan serpih bebatuan cinta
Dimana setiap butirnya
Mengalir darah dan nafas jiwa yang enggan rebah
Memahat sebuah bayang kekasih nan sakral

Mungkin aliran sungai akan menjadi karibku
Dimana dingin airnya
Mampu menyejukan gelegak yang membara
Usai kau tikamkan pisau takdir
Ke sekujur raga cinta yang memekar indah

=MERPATI=

TERLANJUR

Memuncak sunyi berayun resah
Menyerak bayang dikisi rindu kerontang
Jiwa labil dimamah pusaran arah
Terjerembab dipersimpangan kelam bermata dua
Hasrat memudar seiring duka
Terhembus cedera digenggaman tanya tak berjawab

Kuhalau halang jalang di tatap netra
Meningkap segala resah diharibaan benak
Kurekat sisa asmara pada dinding hasrat
Menepis buih hitam yang tiada berkaca rupa
Namun bincang  terlanjur melahirkan jejak
Memantul pada cermin di lengkungan fikir
Membuat nadiku berdenyut dalam gulana

=MERPATI=

PERIH DIBALIK PINTA

Perih terkuak
Menyiram gigil beranda hati
Dititian pematang cinta
Jejakku tertatih
Menyeret ribuan beban
Dari percikan takdir wajah kegelapan

Bincangmu laksana pisau bermata dua
Menyayat perih disepanjang arah 
Menaburkan serbuk hitam
Dibeningnya hamparan hati mencinta
Membuat luka disekujur cerita cinta
Dan meninggalkan raut pedih dibalik bayangan

Andai kau tahu
Pintamu laksana mengepal duri di dalam jemari
Hanya membuat kulit jiwa ini berdarah
Dan semakin berdarah disepanjang laju waktu
Pada akhirnya akan melahirkan segumpal tikai
Kerna kita masihlah sosok insan biasa
Meski kita tahu ada cinta di hati kita

=MERPATI=

DESAHKU DIFAJAR RESAH

Kutuliskan diamku dilengkung fajar
Menyelinap pada sela sela gumaman embun
Mengucur deras di setiap tetes airmata pagi
Kupateri segala resahku pada dahan layu
Sebelum angin sempat melihatnya
Dan membawanya hingga ke balik bukit kering

Kudesahkan pada aksara
Semua gelegak yang terlahir dari bincangmu
Sebaris wajah kenyataan yang kusimpan rapi
Dalam lipatan bayang bayang malam
Hingga awanpun tak mampu membacanya
Sebuah fragmen kisah lama
Yang enggan kutemui dalam langkah terlalui

Kulontarkan maafku pada bayangan surya
Sebelum gelegak bertandang riuh
Dan melemparkan rasa kita 
Pada sebuah pertikaian semu yang enggan kau raba

=MERPATI=

LUKA YANG TERSIBAK

Sepi menjerit
Membawa senyum ke tubir duka 
Jentera kasih menanti hembus saga
Tertatih resah di persimpangan senja
Sebelum malam meningkap
Dan memberaikannya pada buih angkara

Kutikam cinta
Perihnya berjangkit ke udara
Menyibakan kembali luka lama
Disepanjang titian takdir yang enggan kutemui
Dibalik bayanganmu aku tertegun
Mengeja setiap jejak
Yang terpateri dari guratan langkahmu

Sepi menjerit hampa
Menghamparkan bentangan resah di sudut kisah
Memapak jejak ku pulang
Kembali memeluk indahnya luka yang tertinggal

=MERPATI=

KATAKANLAH PADAKU

Ketika angin resah
Dan tiba tiba teka teki dirimu tersibak
Mengapa rasa ini menjadi asing ?
Tiada terbangkit gemuruh yang pernah ada
Mengelam bersama seribu lara silam
Yang terurai dari sisi perjalanan hitam cinta

Kini kita terperangkap
Terkatung dalam lembaran cerita tak berujung
Menggenggam separuh rasa di haluan asmara
Mengering dalam kerontang pasir membentang
Denyut mimpi kian mengeras
Menguap terbakar terik menghadang

Katakanlah
Tentang butiran angan tersisa
Tentang sebaris hasrat meronta
Yang tengah kita buang kebalik kabut luka
Tunjukanlah padaku
Arah mata angin yang hendak kita jamah
Agar mata kaki ku ini mampu mengarak
Jalan pulang kita

=MERPATI=