Jumat, 11 Juni 2021

HILANG SELAMANYA

Bayangan itu menjadi gerimis
Menyiramkan perih disekujur kulit jiwa
Ujung runcing kenangan
Mulai mengarak sepiku pada gelisah
Membuat aku mengerang bisu
diantara bercak luka yang tak sempat mongering
Ingin kukecup rinduku pada wujud
Seperti terpaan angin mencabik dedaunan
Lalu kutuliskan sajakku disela desahan waktu
Memburu jejak kebisuan silam
Menggapai bincangmu dalam pelukan tatap
Namun yang terengkuh hanya gumpalan angin
Yang membawa raga mu menghilang selamanya

=MERPATI=

BISIKAN SEJATI

Adakah kau dengar
Bisikan kalbu yang bangkit dari nista
Ketika rasa tergagap
Mengeja setiap jejak khilaf
Yang terpantul dari sebuah cermin kebenaran
Disepanjang lorong kisah tak bernama
Tak sanggup mata hati ini
Mendengar bincang kesejatian lewat angin
Yang mendayu resah
Merobek benak pada sebaris kedustaan pikir
Tak redam gelisah terbangkit
Menggeliat diantara buih semu cerita layu
Membuat rasaku kian samar
Menggelepar diantara lekukan asmara palsu
Adakah kau dengar ?
Bisikan suara yang bergetar
Memanggil jiwa pulang ke peraduan sunyi
Tempat yang semestinya mata kaki berdiam
Merambahi aliran kasih disisi hati yang mencinta

=MERPATI=


ANDAI KAU MENGERTI


Kuncup lara mengembang
Mengelopak pada takdir senada
Sekeping asa tergolek rebah
Dititian kisah yang menyemai perih
Bincangmu tiada menyentuh angan
Merobek tabir kasih yang tergerai suci
Membuat angin mengerang
Memeluk dahan malam di buritan kelam

Ripah belaian ternoda duka
Melahirkan buih tuba diraIhim cinta
Gema aksaramu tiada memantul lembut
Mencengkeram keakuan disudut mimpi
Membuat aliran darahku bergolak
Membakar setiap detak kasih pada angkara
Andai kau tahu
Tulus awan kini tak lagi putih
Menghitam samar disetiap hembus angin
Yang terbit dari kegalauan yang kau cipta

Andai kau mengerti
Seribu aral tiada akan mampu
Menggoyah pancang yang kita bangun
Namun kutahu, kau takan pernah mengerti
Kerna engkau bukanlah dia
Dan tak akan menjadi seperti dia

=MERPATI=


AKANKAH KEMBALI TERULANG ?

Getar langlt tak berbatas
Mengurai semilir angin ke ujung badai
Ripah kisah tak selaras hasrat
Mengeram beku di palungan takdir
Memancang cermin silam direntang arah
Hanya membuat kuku jiwaku geram
Bergolak tak mampu menikam suratan

Tuhan
Telah kulewati separuh masa
Mengenyam getah pahit takdir kehidupan
Telah ku jelajahi bebatuan runcing cinta
Dalam keterasingan raga yang menyakitkan
Hingga berakhir dipelukan maut perkasa
Tuhan
Saat bunga rampai bermekar indah
Ketika daun daun semi bercahaya dipeluk cinta
Akankah cerminan silam memeluk kembali kisah ?
Melemparkan sepasang hati ke pusaran cinta kelam
Hingga maut memeluk buritan cerita

Aku jenuh
Aku lelah
Sagaku membara dalam angkara
Ingin kupekikan segenap gelegak membakar
Namun pada siapa ?
Sedang anginpun tak mampu menjamahnya

=MERPATI=


MENANTI MUSIM TIBA


Usai geraham waktu memamah seluruh kenangan
Tak terbaca lagi desah namamu yang mengiris
Dan jalanan sepi seolah bertabur ilalang rimbun
Mengenyahkan silhuet wajah
Yang dulu tak henti menggulir sepanjang jejak

Tak perlu lagi kunyanyikan madah keindahan
Yang tak henti mengaliri sudut bayangan
Melepaskan jubah hitam keterpautan
Direntangan masa yang menggamit kemunafikan
Kutinggalkan jejak samar yang tiada terbaca

Biarlah kita tetap bernaung di langit yang sama
Mengeja arah jalan tiada berkait rasa
Kususuri tikungan fajar dalam keteduhan hasrat
Menunggu sesosok musim datang menyapa
Membaluri daun daun semi kembali bercahaya

=MERPATI=

Minggu, 27 Mei 2018

TAK HENTI KUCORETKAN DENDAM

Di dinding laut terluka
Gelombang mencoretkan dendam
Mengasah ribuan tikai aksara
Mengayuh pedang kebencian di kisi bahtera
Di atas bayangan pekat kedukaan
Kurobek semua kanvas keindahan rasa
Hingga yang tersisa hanya serpihan debu

Mungkin langit tak berharap badai
Namun keakuan tak hendak berjabat purwa
Di rona angkara, kukunyah darah
Memercik tak bergeming pada nestapa
Meski pasir pantai menjeritkan keluh
Mengerang pada angin luka meradang
Namun masih kuhunjamkan jua
Belati kepedihan yang terlahir dari dendam

Di laut angin masih menjulangkan duka
Mendesir pada sepi yang semakin renta
Namun jemariku tak peduli
Tak henti meronta, menggoreskan aksara saga
Disekujur kisah yang telah menjelma buih

=MERPATI=

EGO

Bumi mengerang menggapai beban
Memalingkan muka disetiap tetes darah
Meski angin tiada mempersoalkan perih
Saat tajam kelukaan merobek dahan
Namun duka terlanjur merambah nadi
Mengisyaratkan sebaris rentang kepekatan hari

Ada gelegak menggemuruh
Membakar jantungku hingga mengerontang legam
Meremas keakuan bangkit
Menjelma dalam butiran saga disudut resah
Tak layak pintamu kuukir dalam tarian rasa
Hanya melahirkan gelisah tanpa ujung

Mungkin engkau takan pernah mampu
Menangkap makna yang kulontarkan dalam diam
Sebuah wajah pergulatan
Yang kusadari akan melumatkan segalanya
Hingga tiada menyisakan jejak di rentang waktu

=MERPATI=

KEKASIH KEGELAPAN

Lalu malam akan menjadi kekasih setiaku
Menguak ribuan elegi dari resah aksara
Dan rindu tak lagi melahirkan kidung
Yang kerap mengarak bayangan mu
Dalam sebaris senyum rekah rembulan

Mungkin tak lagi kupeluk
Ribuan sajak yang mengaliri sungai cinta
Usai kau pilah kisah ke sudut remang
Dan mendamparkan
Hingga terbenam ke balik lipatan angin

Andai kau tahu
Pilar kasih yang kini menjulang tegak
Kubangun dari ribuan serpih bebatuan cinta
Dimana setiap butirnya
Mengalir darah dan nafas jiwa yang enggan rebah
Memahat sebuah bayang kekasih nan sakral

Mungkin aliran sungai akan menjadi karibku
Dimana dingin airnya
Mampu menyejukan gelegak yang membara
Usai kau tikamkan pisau takdir
Ke sekujur raga cinta yang memekar indah

=MERPATI=

TERLANJUR

Memuncak sunyi berayun resah
Menyerak bayang dikisi rindu kerontang
Jiwa labil dimamah pusaran arah
Terjerembab dipersimpangan kelam bermata dua
Hasrat memudar seiring duka
Terhembus cedera digenggaman tanya tak berjawab

Kuhalau halang jalang di tatap netra
Meningkap segala resah diharibaan benak
Kurekat sisa asmara pada dinding hasrat
Menepis buih hitam yang tiada berkaca rupa
Namun bincang  terlanjur melahirkan jejak
Memantul pada cermin di lengkungan fikir
Membuat nadiku berdenyut dalam gulana

=MERPATI=

PERIH DIBALIK PINTA

Perih terkuak
Menyiram gigil beranda hati
Dititian pematang cinta
Jejakku tertatih
Menyeret ribuan beban
Dari percikan takdir wajah kegelapan

Bincangmu laksana pisau bermata dua
Menyayat perih disepanjang arah 
Menaburkan serbuk hitam
Dibeningnya hamparan hati mencinta
Membuat luka disekujur cerita cinta
Dan meninggalkan raut pedih dibalik bayangan

Andai kau tahu
Pintamu laksana mengepal duri di dalam jemari
Hanya membuat kulit jiwa ini berdarah
Dan semakin berdarah disepanjang laju waktu
Pada akhirnya akan melahirkan segumpal tikai
Kerna kita masihlah sosok insan biasa
Meski kita tahu ada cinta di hati kita

=MERPATI=