Sinis kehidupan menutup buku langit Mengarsirkan gores legam pada tembok hari
Mungkin Tuhan tengah menusukan runcing kukunya
Pada kisi noktah yang ku ukir dalam lengah
Hingga mengelupas kulit senyum jiwaku Telanjang memamah perih yang terbit dari luka
Malam yang hamil oleh kegusaran laku Melahirkan janin haram ke tanah basah kakiku
Membuat aku menggigil dalam beku Menahan amarah yang terbit ari cumbu kegelapan
Seribu kata terlontar, memaki sinis wajah alam
Mengarak sepuluh jariku yang menunjuk pada ketidakadilan
Topeng bisu mengubur sisa senyum bayanganmu
Mengentaskan segala catatan manis tentang indahnya asmara
Kembali sisi kehidupan tak henti menggulirkan raut kelamnya
Dan meninggalkan sosok asing yang menggurat kejam ujung jantungku
=MERPATI=
Minggu, 11 September 2016
Jumat, 09 September 2016
ADAKAH YANG LEBIH PEKAT DARI KENANGANMU karya : Merpati
Adakah yang lebih hitam dari kenanganmu ?
Yang teronggok kaku disudut remang torehan luka
Rebah menusuk punggung kalbu hingga berdarah darah Berkarat legam meracuni sekujur nadi dengan buih kedukaan
Dimana topeng kerinduan tak henti merayu malam renta dalam angan
Menyayat kulit jiwaku, hingga kerontang terbakar
Diujung rindu yang tua, kuketuk bayanganmu
Namun hanya sepi yang mendesirkan derit kehampaan Sedang dirimu tiada bergeming dalam kepekatan kabut Adakah yang lebih legam dari kenanganmu ?
Bila semua duka yang mengaliri pembuluh nadi ini Berasal dari buih buih yang terhembus dari balik bayanganmu
=MERPATI=
Yang teronggok kaku disudut remang torehan luka
Rebah menusuk punggung kalbu hingga berdarah darah Berkarat legam meracuni sekujur nadi dengan buih kedukaan
Dimana topeng kerinduan tak henti merayu malam renta dalam angan
Menyayat kulit jiwaku, hingga kerontang terbakar
Diujung rindu yang tua, kuketuk bayanganmu
Namun hanya sepi yang mendesirkan derit kehampaan Sedang dirimu tiada bergeming dalam kepekatan kabut Adakah yang lebih legam dari kenanganmu ?
Bila semua duka yang mengaliri pembuluh nadi ini Berasal dari buih buih yang terhembus dari balik bayanganmu
=MERPATI=
Rabu, 07 September 2016
MASIH SELALU AKU TULIS KERINDUANKU karya : Merpati
Aku tulis kerinduanku pada cahaya malam
Pada temaramnya lereng bukit tua dibalik kotamu
Kurentangkan segala gundah terurai melewati bait bait hampa
Meninggi bersama jerit angin kebalik lembah
Selarik anganpun terburai rancu direncah jemari sepi
Menggenangi kefanaan yang senantiasa melahirkan rindu
Akhirnya rebah disudut keremangan yang mengekalkan sepi
Kupahat syairku menggantung diatas lambaian daun robek
Hingga aksara merayap diantara keheningan yang beku oleh letih
Sedang malam kian renta, menggenggam darah bulan dikisi remang
Membuat aku tak mampu lagi menebak makna tentangmu di hitamnya langit
Masih selalu ku goreskan kerinduanku pada ranting ranting kelu
Pada sajak sajak bisuku disepanjang rantai kedukaan
Meski di jantungku tak lagi bergolak gemuruh harapan
Engkau akan kembali bersama kabut, menyapa rindu yang kian renta
=MERPATI=
Pada temaramnya lereng bukit tua dibalik kotamu
Kurentangkan segala gundah terurai melewati bait bait hampa
Meninggi bersama jerit angin kebalik lembah
Selarik anganpun terburai rancu direncah jemari sepi
Menggenangi kefanaan yang senantiasa melahirkan rindu
Akhirnya rebah disudut keremangan yang mengekalkan sepi
Kupahat syairku menggantung diatas lambaian daun robek
Hingga aksara merayap diantara keheningan yang beku oleh letih
Sedang malam kian renta, menggenggam darah bulan dikisi remang
Membuat aku tak mampu lagi menebak makna tentangmu di hitamnya langit
Masih selalu ku goreskan kerinduanku pada ranting ranting kelu
Pada sajak sajak bisuku disepanjang rantai kedukaan
Meski di jantungku tak lagi bergolak gemuruh harapan
Engkau akan kembali bersama kabut, menyapa rindu yang kian renta
=MERPATI=
Senin, 05 September 2016
BADAI ITU LALU MENGHANGUSKAN SEMUANYA karya : Merpati
Badai datang dari wajah kegelapan takdir
Berpusar dan memukul hati kita yang telanjang
Segumpal angan mimpi terhempas rebah ke pelukan bumi
Membuat kita tertatih diantara rentangan duka
Menggenggam sebaris wajah luka di lengan jiwa
Dibentangan sepi, kita terlunta memeluk duka
Tak mampu menatap kemerahan langit
Hanya memandangi untaian kabut yang memerihkan jiwa
Seribu kelu memagari geliat hati kita
Membuat sendi jiwa kita kaku, tak mampu melangkahkan jejak
Meski dijantung ini tak henti bergolak seribu hasrat Menghempaskan dinding kenyataan yang menghalang
Badai itu datang, menyapa jiwa kita yang tenang
Lalu menghempaskan segalanya hingga tiada menyisa senyum
Dan menghanguskan hati kita hingga tiada berserpih rupa
Sepanjang ruang dan waktu kehidupan kita
=MERPATI=
Berpusar dan memukul hati kita yang telanjang
Segumpal angan mimpi terhempas rebah ke pelukan bumi
Membuat kita tertatih diantara rentangan duka
Menggenggam sebaris wajah luka di lengan jiwa
Dibentangan sepi, kita terlunta memeluk duka
Tak mampu menatap kemerahan langit
Hanya memandangi untaian kabut yang memerihkan jiwa
Seribu kelu memagari geliat hati kita
Membuat sendi jiwa kita kaku, tak mampu melangkahkan jejak
Meski dijantung ini tak henti bergolak seribu hasrat Menghempaskan dinding kenyataan yang menghalang
Badai itu datang, menyapa jiwa kita yang tenang
Lalu menghempaskan segalanya hingga tiada menyisa senyum
Dan menghanguskan hati kita hingga tiada berserpih rupa
Sepanjang ruang dan waktu kehidupan kita
=MERPATI=
Minggu, 04 September 2016
MENGAIS LUKA DEMI LUKA karya : Merpati
Senja menggelepar kehilangan kata kata
Menggenggam bisu, menikamkan pisau hampa
Engkau tengadah rebah menaham sedan langit
Membawa sebaris luka yang menganga digigir kisah
Tak semestinya catatan awan mengguratkan legam
Membelah serangkai arakan mimpi keujung remang
Disepanjang bentangan hari kau rengkuh buih
Menggumpal hitam pada telapak tangan kusam
Janji langit tak pernah berakar senyum
Melukis kisah demi kisah tertuang lepas
Tiada rasa mengarak setitik bahagia
Hanya mengurai kepedihan dari balik nyanyian
Dan mengalirkan kembali tetesan darah segar
Dari balik luka yang tak pernah sempat mengering
=MERPATI=
Menggenggam bisu, menikamkan pisau hampa
Engkau tengadah rebah menaham sedan langit
Membawa sebaris luka yang menganga digigir kisah
Tak semestinya catatan awan mengguratkan legam
Membelah serangkai arakan mimpi keujung remang
Disepanjang bentangan hari kau rengkuh buih
Menggumpal hitam pada telapak tangan kusam
Janji langit tak pernah berakar senyum
Melukis kisah demi kisah tertuang lepas
Tiada rasa mengarak setitik bahagia
Hanya mengurai kepedihan dari balik nyanyian
Dan mengalirkan kembali tetesan darah segar
Dari balik luka yang tak pernah sempat mengering
=MERPATI=
KUBASUH DUKA AKSARAKU PADA BAYANGANMU karya : Merpati
Kulemaskan huruf huruf kaku dibawah bayanganmu
Merajahnya dalam ukiran kaligrafi langit
Agar terhembus kembali nyanyian surgawi yang pernah hilang
Ketika badai melantakan hijaunya lambaian perdu di ranah kasih
Kuukir lagi wajah ayu yang lama tertimbun dalam gundukan kering waktu
Meski angin menghardik tajam, meludahi hasrat yang terlahir suci
Diantara barisan kata yang berhimpitan
Kuselipkan segurat nama ditengah makna keindahan
Sepotong jiwa yang pernah begitu lekat direntangan hari
Dimana segala resahku pudar terhembus buih keteduhan
Seberkas hati yang penuh kasih, yang tak henti menggugah senyumku
Dan tak pernah putus kuhembuskan gumpalan cinta ini pada dinding dindingnya
=MERPATI=
Merajahnya dalam ukiran kaligrafi langit
Agar terhembus kembali nyanyian surgawi yang pernah hilang
Ketika badai melantakan hijaunya lambaian perdu di ranah kasih
Kuukir lagi wajah ayu yang lama tertimbun dalam gundukan kering waktu
Meski angin menghardik tajam, meludahi hasrat yang terlahir suci
Diantara barisan kata yang berhimpitan
Kuselipkan segurat nama ditengah makna keindahan
Sepotong jiwa yang pernah begitu lekat direntangan hari
Dimana segala resahku pudar terhembus buih keteduhan
Seberkas hati yang penuh kasih, yang tak henti menggugah senyumku
Dan tak pernah putus kuhembuskan gumpalan cinta ini pada dinding dindingnya
=MERPATI=
Sabtu, 03 September 2016
UJUNG YANG TIADA AKHIR karya : Merpati
Adakah semua telah menjadi takdir kita ?
Terombang ambing diantara mimpi dan derita
Menggenggam butiran cinta
Memamah sebaris wujud kesetiaan
Yang tak pernah menyerah pada suratan
Meski perih tak henti tumbuh dari sela waktu
Mengetuk hati kita kepadanan luka abadi
Mungkin waktu telah berhenti diujung kisah kita
Mengendapkan semua mimpi kebalik gulita hasrat
Mencipta gelap rindu yang tiada pernah berujung
Seribu cahaya terpagar duka, memendar luka disela kilau
Membuat sajak sajak tumbuh dalam peluh kelukaan
Mengerang disetiap desiran malam sepi
Kutahu disepanjang ruang waktu terlewati
Hidup kita tak henti memeluk serpihan yang tertinggal
Dan kita hanya mampu mengejanya, helai demi helai
Dalam gemuruh perih yang tiada berujung akhir
=MERPAT=
Minggu, 28 Agustus 2016
AKU MUAK karya : Merpati
Gugur sekeping makna
Terlempar dari bilik senyum meradang
Aksara tak lagi terlukis indah
Berkerut dipeluk resah sang angin malam
Aku terpasung diantara hasrat dan beban
Mengeja butiran laku yang lahir dari bayang tercela
Tiada lagi yang tersisa dari noktah
Hanya bulatan hitam disepanjang tatap
Ku rajah wajah keindahan semu
Dengan bilah tajam pisau keakuan
Hingga tak mewujud garis kemilau yang pernah terlahir
Aku muak dengan senyuman malam nan genit
Menghias cahaya semu dari balik raut kegelapan
Seperti cermin lakumu yang kini membuat aku
nanar
Memamah butir kemunafikan yang tiada henti mengalir
=MERPATI=
Terlempar dari bilik senyum meradang
Aksara tak lagi terlukis indah
Berkerut dipeluk resah sang angin malam
Aku terpasung diantara hasrat dan beban
Mengeja butiran laku yang lahir dari bayang tercela
Tiada lagi yang tersisa dari noktah
Hanya bulatan hitam disepanjang tatap
Ku rajah wajah keindahan semu
Dengan bilah tajam pisau keakuan
Hingga tak mewujud garis kemilau yang pernah terlahir
Aku muak dengan senyuman malam nan genit
Menghias cahaya semu dari balik raut kegelapan
Seperti cermin lakumu yang kini membuat aku
nanar
Memamah butir kemunafikan yang tiada henti mengalir
=MERPATI=
Kamis, 25 Agustus 2016
KUPINTA RESTU LANGIT karya : Merpati
Jejak bayang pupus di rimba kata
Melayah menjadi untaian kabut tak terbaca
Hingga malampun tak mampu mengeja geliat tersisa
Dan menghempaskannya kebalik raut ketiadaan
Rentang sepi telah membunuh semua rantai kerinduan
Memacu jenuhku membara disudut amarah samar
Akhirnya tiada lagi yang tergurat dari sebentuk wajah kasih
Mataku telah buta oleh tangis selarik kenangan terluka
Dan seribu bayangan kasih lalu menjadi buih lekat
Membaluri sekujur nadiku dengan aliran cinta
Membuat lidahku tak henti mengeja ayat demi ayat yang dilahirkan kenanganmu
Dimana duka tak henti mengalirkan lumpur dan lahar kebekuan
Berkaca pada ripuh nyanyian lara
Kusimpan semua bayanganmu keperaduan sunyi
Kupagut cahaya rembulan dari balik kaca jendela
Semoga langit tak lagi kelam, memapak senyumku dengan restu Nya
=MERPATI=
Melayah menjadi untaian kabut tak terbaca
Hingga malampun tak mampu mengeja geliat tersisa
Dan menghempaskannya kebalik raut ketiadaan
Rentang sepi telah membunuh semua rantai kerinduan
Memacu jenuhku membara disudut amarah samar
Akhirnya tiada lagi yang tergurat dari sebentuk wajah kasih
Mataku telah buta oleh tangis selarik kenangan terluka
Dan seribu bayangan kasih lalu menjadi buih lekat
Membaluri sekujur nadiku dengan aliran cinta
Membuat lidahku tak henti mengeja ayat demi ayat yang dilahirkan kenanganmu
Dimana duka tak henti mengalirkan lumpur dan lahar kebekuan
Berkaca pada ripuh nyanyian lara
Kusimpan semua bayanganmu keperaduan sunyi
Kupagut cahaya rembulan dari balik kaca jendela
Semoga langit tak lagi kelam, memapak senyumku dengan restu Nya
=MERPATI=
Senin, 22 Agustus 2016
AKAN KUGAPAI KEMBALI BAHAGIAKU karya : Merpati
Sepercik embun dihela tujuh larik sinar
Membias bak kemilau paras bidadari
Hilang sisa perih semalam, dicabik tawa bagaskara
Meluruh pada perut bumi ketika senyumku beranjak
Sebaris mimpi menggapai lemah di peraduan hasrat
Tak mampu memanggil jiwaku kembali
Telah pucat sajak sajak ku menampung air mata malam
Memeluk pinggiran sepi disepanjang rentang bayangan
Aksaraku telah lama terperangkap duka
Mengerang dibalik sebuah nama yang tiada menuai wujud
Membuat jantungku lelah, memangku gumpalan hampa dibatas jenuh
Kuhela rangkaian embun menjadi binar binar harapan
Menggoreskannya pada hamparan dinding sepi
Dan aku tak akan pernah berhenti menggapai hangat mentariku
Meski rendaman sepi tak jera membawakan gelisah waktu
=MERPATI=
Membias bak kemilau paras bidadari
Hilang sisa perih semalam, dicabik tawa bagaskara
Meluruh pada perut bumi ketika senyumku beranjak
Sebaris mimpi menggapai lemah di peraduan hasrat
Tak mampu memanggil jiwaku kembali
Telah pucat sajak sajak ku menampung air mata malam
Memeluk pinggiran sepi disepanjang rentang bayangan
Aksaraku telah lama terperangkap duka
Mengerang dibalik sebuah nama yang tiada menuai wujud
Membuat jantungku lelah, memangku gumpalan hampa dibatas jenuh
Kuhela rangkaian embun menjadi binar binar harapan
Menggoreskannya pada hamparan dinding sepi
Dan aku tak akan pernah berhenti menggapai hangat mentariku
Meski rendaman sepi tak jera membawakan gelisah waktu
=MERPATI=
Langganan:
Postingan (Atom)