Minggu, 27 Mei 2018

LUKA DEMI LUKA

Malam menggoreskan rindu
Melepahi lekukan angin, meraba hampa
Mengeja setiap jejak bayangan disudut resah
Kuhempas lelah pada batu batu
Berderai, memantulkan raut kusut penantian
Yang tersibak diantara lenguhan deru sepi

Tiada lagi yang tersisa dari kenang
Hanya sebaris rindu yang kian asing
Merambahi garis sunyi
Menggapai dinding hati hingga terdampar 
Melahirkan remang dari balik waktu tak berpintu
Dan aku tak mampu menggeliatkan rasa
Berlari dari pusaran kelam yang tercipta

Tak ada lagi percakapan malam
Kecuali sepi yang kian merajam nadi
Meninggalkan segenggam luka diatas luka
Dan tak henti mendera perihku hingga lunglai

=MERPATI=

AKU BENCI DUSTAMU

Keakuanku bangkit
Bagai amarah gelombang
Menghempas terjal karang
Meleburkan tiupan angin pada redam
Di ujung bayanganmu
Kutingkap senyum rembulan
Menghitam pada dinding kedustaan

Tak ingin kupanggil badai
Menggilas segala cerita tentangmu
Melebarkan samudera pasang kebencian
Hingga langit berlari darimu
Membiarkan saga bergemuruh angkuh
Dan aku tak lagi ingin bersajak tentang cinta
Yang tak henti terlumuri buih kedustaan

Biarkan sunyi memeluk
Memagari sekujur helaan aksaraku
Yang kini terdengar bagai gemuruh
Pisau pisau tajam kebencian rasa

=MERPATI=

Sabtu, 26 Mei 2018

DALAM PELUKAN JEMARI MALAM

Kupeluk jemari malam
Mengenyahkan sisa gelegak
Yang terlahir dari  rahim kedustaan
Dimana jejaknya tak henti menjentikan perih
Membuat merah dan berdarah sekujur kulit jiwa

Kulontar raut amarah ke tubir bisu
Membuangnya bersama pikiran sesat
Yang mengganggu bait bait sajak ku
Agar tak gulana jemari hati
Menikamkan ribuan aksara tajam
Kesekujur bayanganmu yang mencipta luka

Dingin tak henti membawa gigil
Mengisyaratkan nyanyian sepi disepanjang remang
Namun mencipta segumpal ketenangan di lubuk hati
Membuat aku terlupa sekejap
Tentang rindu dan luka yang mengarak hingga senja

=MERPATI=

CINTA PADA AKHIRNYA

Dan cinta akhirnya
Membuat garis kesunyian pada hati
Memulas pekikan kidung menjadi elegi
Terdengar parau bagai teriak gagak renta
Ditikungan senja telah menunggu remang
Mengkaribkan sejuta gelap perih pada kehampaan
Hingga yang tersisa hanya gemuruh resah
Membaur bersama himpitan luka yang terkuak

Dan cinta pada akhirnya
Membaringkan senyum cakrawala kebalik gelap rembulan
Membawa ribuan jeruji hujan menikam
Membuat nanar netra jiwa diujung cerminan duka
Diantara deburan ombak berkejaran
Tiada lagi rindu bergaung mengarak nyanyian camar
Hanya hentakan keras yang tersisa
Menghantam lebur karang hati yang tergoyah labil

Dan cinta pada akhirnya
Hanya mengantarkan jiwa pada pusaran kelam renta
Dan meningglkan seraut pedih wajah kebencian kalbu

=MERPATI=

MALAM, DEKAP AKU DALAM NAFAS MU

Malam
Peluk aku dalam gigilmu
Agar tiada resah gemuruh bara di dada
Dekap aku dengan kesunyianmu
Hingga tiada menggaung lagi
Gemuruh sesat yang membakar jiwa

Malam
Katakanlah padaku
Tentang sebait kebenaran
Yang tak hendak kudengar
Namun
Menguak segala misteri tabir kelukaan
Salahkah
Jika sebuah kejujuran mesti terngiang
Walau sengau terdengar oleh gendang jiwa? 

Katakanlah malam
Katakanlah padaku tentang makna sebait kejujuran
Tentang sebaris kebenaran yang hakiki
Yang tak tergoyah oleh seraut kekebohongan
Walau semanis wujud senyuman rembulan

Malam
Rengkuh jiwa ini dalam helaan nafasmu
Agar dapat kau rasakan
Betapa sesaknya luka yang tergenggam kalbu

=MERPATI=

BERAKHIR

Desir rindu seperti pisau mengiris
Mengoyak gemuruh hati nan resah
Melantakan ribuan hasrat bersemi
Meski sembilu terasa mengiris nadi
Namun tak menggugah keakuan luruh tersenyum
Cerita telah semestinya menyusuri ujung tiada

Selurus bentang cahaya menggurat bumi
Kupasung langkah melewati bungkah keraguan
Melemparkan semua wajah kenang ke tubir sirna
Hingga hilang bayanganmu dalam purwa kemanisan
Tiada terbangkit rasa yang pernah ada
Hilang dan mengendap beku
Di lorong sempit wajah kepalsuan rasa

Berakhir dan semestinya berakhir
Tiada mengeja bayangan luka menganga
Que sera sera
Berakhir dan akan berakhir
Meski apapun yang akan terjadi nanti

=MERPATI=

DIAMKU LAKSANA KARANG

Tuhan
Jadikan aku bagai karang
Yang kokoh tiada bergeming
Meski badai menghentak keras kulitku
Biarkan aku menjulang tak berpaling
Agar dapat kusimpan semua rahasia duka ini
Dalam diamku yang setia

Tuhan
Biarkan aku setegar bukit menantang awan
Yang tiada menengok ketika tangkai nyiur melambai
Meski nyanyian angin memekik manja dalam rayu
Biarkan selamanya aku menjadi seperti waktu
Yang tak pernah kembali
Meski angan dan hasratku mengerang dalam pinta

Tuhan 
Biarkanlah diamku menggenggam kebisuan abadi
Mengarak seribu luka yang tak ingin kembali
Dan akan kusimpan semua kepedihan ini
Dalam diamku yang setia bagai karang
Karena diamku sebagai manusia
Tak dapat aku percaya

=MERPATI=

Selasa, 09 Mei 2017

PADA SIAPA ?

Pada siapa kunyanyikan kidung malam ini ?
Sedang sepi tak henti menghembusi hari
Merabai detak nadiku dengan sekelumit kecewa
Dan angin tak henti menggeliat resah
Mengarak amarah disekujur bayangan gelap
Membuat rasaku terpateri diantara gemuruh kilau saga
Pada siapa kutuliskan seikat syairku ini ?
Sedang langit mulai basah, menangis risau
Membasuh luruh tetes demi tetes tinta jiwaku
Lalu meleburkannya dalam gumpalan warna pekat
Membuat malam malamku tak lagi bersenda kemilau
Menghening bersama seribu elegi sajak sajak ku
Pada siapa kubisikan cumbu mesra lagu hati
Sedang bayang dirimu telah kutikam dalam sunyi 



=MERPATI=

HANYA KEBEKUAN YANG TERSISA

Angin mengerang digulung resah
Memecah sepi dihaluan renta malam
Sebaris rasa terpojok diujung hampa 
Mengais jejak luka sepanjang dusta
Seribu sesal tak lagi memupuk guna
Hanya semakin mencipta angkara bulan merah
Kata berpeluk duka, merapal elegi diatas luka
Sejumput sajak ku terkatung dilorong kelam
Memangku ribuan makna buih kepedihan rasa
Tiada terbangkit senyum yang pernah ada
Usai raut kepalsuan menjelma dari bincang semu
Malam menghening sepi
Melipat segala rasa yang tersisa
Dustamu telah menanggalkan semua pijar keindahan
Menyisakan sebaris raut beku di hamparan kalbu
Meski angin telah menyampaikan segenggam maaf
Ketika hembusnya mengitari merah saga kulitku



=MERPATI=

TERLUKA

Ujung malam mencetus getar
Gugah nurani pada bayang perkasa
Luruh keakuan diterpa kerdil 
Merapat jiwa kesudut lemah insani
Linangan malam jadi sesejuk embun
Teraba debar ilahi disekujur pori nurani
 Meski tiada terdustai kata
Gelegak angkara tak redam oleh nyanyian suci
Barangkali aku lupa
Topeng laku tiada seiring ahlak
Hanya memantul bayang semu insani
Yang kerap terbaca angin bagai lukisan dewata
 Seperti cermin dirimu
Yang kuraba bagai kaligrafi indah bidadari
Membius sekejap angan dan hasrat
Sebelum akhirnya melantakan segalanya
Ku tubir duka yang paling dalam
Ujung malam menghentak resah
Menggores nurani pada sebuah bejana kelam
Dan di pintu MU
Aku hanya mampu mengerang lirih dalam bisu
“ Tuhan, aku begitu terluka !”



=MERPATI=