Rabu, 15 Maret 2017

KUBIARKAN BERLALU

Kubiarkan darahku mengadu pada sepi
Menggamit irama jiwa keujung bisu
Seribu riuh terbakar kusam
Hingga membelah malam semakin renta
Dan lagu kabut derita yang padat
Menjadi karib yang memahat kesempurnaan remang


Telah kubiarkan bayang bayangmu terkapar
Dan berlalu ketika senja menjemput keakuan
Telah kukekalkan sebuah gelombang
Membawa mimpi terlahir lenyap kebalik samudera
Meski harus kugenggam malam yang menjelma
Menjadi belati pencabik keindahan rembulan

Kubiarkan rasaku mengadu pada awan
Dan menggenggam seribu gelisah yang terbit
Dari raut keakuan yang tergugah dari sebuah wajah kepalsuan



=MERPATI=

IA YANG BERNAMA DUKA

Bersama gemuruh yang dilemparkan waktu
Retakan senyum meluruh pada hening
Menjelma resah diatas kerikil tajam kehidupan
Mengaitkan segumpal beban diatas pundak renta
Aku terperangah disela wajah buram perjalanan
Menggenggam bulan pucat yang menyisakan rusuk
Hanya segaris kegelapan terpampang ditatap netra
Membuat jejakku tertatih ketika melewati pematang kehidupan


Ia yang bernama duka
Bertandang tiada mengucap salam
Merampas sebaris tawa bahagiaku kepelukan gelisah
Membuat aku rebah disela himpitan remang aral tercipta
Barangkali inilah yang disebut semesta sebuah roda kehidupan
Dimana jemari kegelapan mulai menuliskan aksara kepedihannya
Disepanjang ruang waktu yang kini terlihat kusam



=MERPATI=

ADA SEPOTONG HATI YANG MESTI KUJAGA

Embun meleleh di kaca jendela
Membawa mimpi luruh ke perut bumi
Dari balik pendaran cahaya fajar
Kulihat kelopak kembang bermekaran
Mengajak tawaku berlari menyongsong hari
Meninggalkan kepekatan bayang seusai subuh berdentang


Barangkali Tuhan telah menitipkan pesannya lewat cahaya mentari
Membakar gumpalan mimpi semu menguap ke penjuru awan
Dan aku tergugah, berlari pulang dari rengkuhan malam jahat
Meninggalkan semua tentangmu ke sudut jejak ketiadaan
Kueja senandung nyanyian angin fajar
Kurasakan desirnya begitu lembut membelai dinding keakuan
Membuat aku tersadar dari seribu kilau fatamorgana
Dimana ada sepotong hati nan indah
Yang mesti kujaga dari rengkuh pekat kegelapan tatap



=MERPATI=

KUTIKAM BAYANGAN RINDU

Kurambahi tubuh keheningan malam
Melintasi dedaunan bisu
Mengeja bulan pekat
Dimana samar kudengar desah ilalang menggigil
Memanggil purnama gelap bertandang
Pada akhirnya kulemparkan bayangan mu ke sudut sepi
Membisu diantara igauan burung hantu lelah
Hingga mengeluh di bawah hening semadhi malam


Telah kulewatkan begitu saja perbincangan lembah
Memeluk gigil cemara di sepanjang rangkulan angin
Mengeja butiran sepi disudut kegelapan kasih
Tak kupedulikan ratapan bunga malam di taman puspa
Mencumbu bayangan hampa dibalik lorong kenangan
Hanya semakin menorehkan remang pada jejak perjalanan

Kutikam segala yang tersisa diujung penggalan kasih
Hingga senyummu yang magma, tak lagi memanggil rindu
Meski yang terpampang diantara gundukan malam hanyalah sepi dan sepi
Yang kian menggigit nadiku dengan taring legamnya



=MERPATI=

MENANTI REBAH

Waktu memintas tanpa janji
Meretas benih kasih pada khianat
Segumpal kerinduan menjelma purwa dalam keraguan
Membuat aksaraku terhimpit kegundahan
Seribu bayanganmu mengendap di lorong tak berpintu
Menanti pucuk amarah meningkap rebah


Sajak ku tak mengungkapkan lagu
Merabai ladang sepi dengan desiran halus
Gairah cinta berlari, mengalirkan seribu wajah duka
Membakar sekujur nadiku pada sumur gelisah
Kata kata tak lagi menjadi gerimis yang menyejukan
Menggumpal hampa bagai buku yang telah kehilangan halamannya

Diujung bayanganmu aku terdiam bisu
Menatap kosong lorong lorong hatimu yang mulai menghitam
Dan kutahu akan menghilang pada akhirnya, kebalik remasan waktu
Yang menggulung resah disetiap detik perjalanan



=MERPATI=

AKU MUAK DITENGAH LELAHKU

Kuhempaskan bayangmu kebalik lirih gerimis
Menghilang bersama sepi yang kian renta
Sejumput kerinduan mengelam disudut remang malam
Seperti udara yang berlari menembusi rimbun dedaunan
Kupancang wajah kesendirian menjadi tonggak api
Membakar semua jelaga kenang, luruh bersama debu
Bahkan angin yang kerap membisikan namamu
Tak lagi mampu goyahkan arah tatap tergaris


Aku muak kekasih
Bersanding dengan dengan seribu kepalsuan senyum
Yang merampas hati kering
Dan membakarnya ke tumpukan unggun gelisah
Aku lelah
Menukar air mata dengan sejumput tawa semu
Tak ingin lagi aku berlarian disekujur rimbamu
Bercermin pada telagamu
Dimana yang menampak hanya segaris senyumku
Yang terlihat kian patah

Kugelar malam pada pelataran sunyi
Membuang semua nafas rindu yang mencari rupa
Bersama sebaris aksara namamu kebalik hujan
Hingga kudengar syatan air jatuh
Yang tengah membantai seonggok bayanganmu



=MERPATI=

LELAH DI ATAS KERAGUAN

Meluah rasa dipadan bayang
Beriring tatap merajuk hasrat
Seikat kembang terhirup nadi
Mewangi disepanjang aliran darah
Aku tergoyah di atas hamparan rasa
Merajut butiran mimpi dikisi jasad terbaring 


Pada gelisah waktu
Jantungku meronta liar
Memacu gairah cinta
Yang tak terungkap oleh nyanyian syair
Disepanjang senyumanmu
Kutahbiskan ayat ayat asmara yang membakar mimpi
Hingga tergoyah tatapmu menggulung di udara
Namun ada bayang yang tak terungkap dibalik lagu
Merajah semua kidungku kebalik hembusan remang angin senja

Disepanjang kekosongan, aku mabuk dan meronta ronta
Menggeliat resah diantara benih mimpi dan kenangan
Membuat aku lelah dibatas keraguan yang tercipta



=MERPATI=

Jumat, 11 November 2016

MIMPI BISU

Dan pada batu
Kutorehkan kaligrafi cinta
Meski terlihat samar
Namun mengurai ribuan makna indah
Tentang sebaris cinta yang tiada tergugurkan waktu
Meski geliat angin tak henti merajahkan keraguan tatap 


Dipelaminan sepi kutahtakan raga kasih
Bersanding kebisuan, memadahkan ayat suci cinta
Selaksa rimba berdengung di dada
Memagut riuh disepanjang rentang bayangan terpuja
Aku tak henti mencatatkan setiap desahan rindu
Pada dahan dahan bisu yang menemani jengkal kesunyian

Barangkali aku hanya bermimpi bisu
Merekatkan penggalan kenang menjadi asa
Dimana buih rasa dan jejak menjadi satu dalam hari
Dan seribu nyanyian cinta memenuhi ruang sempit jiwa kita



=MERPATI=

PERIH DIBALIK RINDU

Pada gelombang yang terus memekikan namamu
Kutuliskan ribuan aksara rindu disepanjang pasir pantai
Memagut tawa camar pergi keperaduan kelu
Membawa angin pulang kebalik lekukan gunung
Kuhamparkan syair tercipta pada puncak lidah gelombang
Agar awan menghantarkanya ke bilik jiwamu 


Serentang gemuruh melesat dari balik buih kenang
Memercikan butiran keruh yang mengotori hari
Sedang deru gelombang tak henti mendesahkan namamu
Membakar telinga jiwaku kesudut gumpalan remang
Dari balik bayangan wajahmu, kemilau rindu mengoleskan pisau di jantungku
Membuat aku tenggelam dalam tikaman perih kesendirian

Pada malam yang tak henti menghadirkan bayanganmu
Aku lupa keindahan yang tercipta dari balik kenang
Karena sepi telah mengkhatamkan ayat ayat perihnya
Membuat aku tak henti mengerang
Memamah butiran tajam yang lahir dari balik rindu tak berujung



=MERPATI=

Jumat, 04 November 2016

SEUSAI HUJAN BERTANDANG


Secarik cahaya nyaris padam 
Mengedip disela panjangnya kegelapan 
Sekeping asa kini terlunta bisu 
Merangkaki deru kesepian yang tiada berujung 
Tiada terbangkit rasa yang pernah ada 
Mengelam disudut kepingan senja yang menganga

Kau kian tertatih dilorong waktu tak berpintu 
Menjumpai persinggahan nasib, disudut keremangan 
Mengais detak demi detak wajah pahit kenyataan 
Memeluk dinginnya gumpalan kabut kebekuan
Tiada kemilau senyum mengulas bentangan hari 
Hanya kerutan luka kegelapan yang menghampar legam 
Seusai hujan melenyapkan segala gema nyanyian indah 
Kebalik gulungan hitam awan senja



=MERPATI=