Sabtu, 12 Juni 2021

MENJEMPUT KEKASIH

Gundukan sepi yang bisu
Menguliti hasrat pada bunga doa
Rasa berpulang kebalik takdir
Memapas duri hati patah hingga akar
Sebaris jejak rapuh terlempar
Mengeram di atas tumpukan puing kelu
Menanti angin pulang bertandang
Membersihkan segalanya kembali pada rahim ketiadaan

Kupanggil namamu
Ketika rindu menyelinap diantara desiran angin tandang
Mengeja setiap desah bayangan samar
Yang dikibarkan lewat tangisan ilalang resah
Hingga mata jiwaku merona
Menatap geliat sukma mu dalam ketiadaan
Lalu kulabuhkan semua hasrat terpendam
Dalam lipatan malam yang mulai membeku

Dalam hening yang kian renta
Kulangkahkan kaki melewati kehampaan
Menanti kuncup kehidupan bersujud
Menjemput wajah kekasih di pintu gerbang ketiadaan

=MERPATI=

AKSARA SUCI

Aroma hening di pelataran MU
Mengarak resahku pada khidmat
Mendamparkan jelaga keakuan
Mengigil diujung kabut samar sepi
Seribu gulana tak lagi berpadan aksara
Mengelam bersama senyuman rembulan jingga

Kulacak jejak jejak suci di sepanjang jalan MU
Menorehkan kaligrafi emas di atas hampa jiwa
Kulagukan serangkai lantunan dzikir
Biar tak lagi berdengung gema sepi
Yang melahirkan magma kepedihan dari rongga semadhi
Lalu kuusap sajak ku dengan aksara suci
Agar tiada melukis jelaga pada wajah sang waktu

=MERPATI=

SESAL DI KISI BAYANGAN

Muara sajak ku menjaring sepi
Mengeja rindu di sudut bayangan gelap
Menggores tinta hitam noktah kepedihan
Kubakar rembulan diatas kenangan
Memantul gema ringkih jejak beku kehampaan
Aku meradang ketika gelap memeluk
Memaku ribuan jarum pada buih tersentuh
Membuat sendi jiwaku tertatih
Merambahi hitam legam pematang kehidupan

Seperti lukisan sunyi di kota mati
Rindu mengetuk perlahan rahim kenangan
Mengarak seraut paras dalam bayangan
Menyayat pintu garba di atas luka mengering
Dan disetiap ujung lidah keheningan
Kurasakan kepedihan yang terbawa lewat angin
Menggemuruhi setiap jengkal nafasku
Hingga tersengal dadaku, dihimpit sesal merejam
Yang tak pernah henti, melekat di kisi bayangan terkuak

=MERPATI=

KU KEMBALIKAN PADA "MU"

Kubakar sepi
Kubasuh luka
Kusimpan wajah amarah
Kepada angin
Kubiarkan rindu terbawa pergi
Sekeping sajak
Bersalin purwa dahaga
Pada kasih sejati
Tempat angin bernaung pada kebenaran
Kukembalikan dendam rindu pada MU
Lewat sebaris japa ampunan khilaf

=MERPATI=

BARA DI NADI

Resah berhembus
Mematah tangkai asa di pelaminan takdir
Membuat hari tanpa tepi
Bergelombang di atas lantunan lidah duka

Di dadaku ada bara menggolak
Membuat mulutku ingin berteriak “keparat”
Bukan untukmu sayang
Jua bukan pada takdir menyeringai

Aku berharap malam ini bisa tidur nyenyak
Di atas arakan gulana membebat
Di atas tumpukan bantal sepi menyengat
Kuingin sekejap bersandar pada dingin malam
Membekukan sekujur aliran darahku
Dari pijaran saga menggemuruh

Kutahu
Jalanan depan kini bagai samudera lepas
Yang telah menyesatkan arah tujuan kaki rentaku

=MERPATI=

Jumat, 11 Juni 2021

HILANG SELAMANYA

Bayangan itu menjadi gerimis
Menyiramkan perih disekujur kulit jiwa
Ujung runcing kenangan
Mulai mengarak sepiku pada gelisah
Membuat aku mengerang bisu
diantara bercak luka yang tak sempat mongering
Ingin kukecup rinduku pada wujud
Seperti terpaan angin mencabik dedaunan
Lalu kutuliskan sajakku disela desahan waktu
Memburu jejak kebisuan silam
Menggapai bincangmu dalam pelukan tatap
Namun yang terengkuh hanya gumpalan angin
Yang membawa raga mu menghilang selamanya

=MERPATI=

BISIKAN SEJATI

Adakah kau dengar
Bisikan kalbu yang bangkit dari nista
Ketika rasa tergagap
Mengeja setiap jejak khilaf
Yang terpantul dari sebuah cermin kebenaran
Disepanjang lorong kisah tak bernama
Tak sanggup mata hati ini
Mendengar bincang kesejatian lewat angin
Yang mendayu resah
Merobek benak pada sebaris kedustaan pikir
Tak redam gelisah terbangkit
Menggeliat diantara buih semu cerita layu
Membuat rasaku kian samar
Menggelepar diantara lekukan asmara palsu
Adakah kau dengar ?
Bisikan suara yang bergetar
Memanggil jiwa pulang ke peraduan sunyi
Tempat yang semestinya mata kaki berdiam
Merambahi aliran kasih disisi hati yang mencinta

=MERPATI=


ANDAI KAU MENGERTI


Kuncup lara mengembang
Mengelopak pada takdir senada
Sekeping asa tergolek rebah
Dititian kisah yang menyemai perih
Bincangmu tiada menyentuh angan
Merobek tabir kasih yang tergerai suci
Membuat angin mengerang
Memeluk dahan malam di buritan kelam

Ripah belaian ternoda duka
Melahirkan buih tuba diraIhim cinta
Gema aksaramu tiada memantul lembut
Mencengkeram keakuan disudut mimpi
Membuat aliran darahku bergolak
Membakar setiap detak kasih pada angkara
Andai kau tahu
Tulus awan kini tak lagi putih
Menghitam samar disetiap hembus angin
Yang terbit dari kegalauan yang kau cipta

Andai kau mengerti
Seribu aral tiada akan mampu
Menggoyah pancang yang kita bangun
Namun kutahu, kau takan pernah mengerti
Kerna engkau bukanlah dia
Dan tak akan menjadi seperti dia

=MERPATI=


AKANKAH KEMBALI TERULANG ?

Getar langlt tak berbatas
Mengurai semilir angin ke ujung badai
Ripah kisah tak selaras hasrat
Mengeram beku di palungan takdir
Memancang cermin silam direntang arah
Hanya membuat kuku jiwaku geram
Bergolak tak mampu menikam suratan

Tuhan
Telah kulewati separuh masa
Mengenyam getah pahit takdir kehidupan
Telah ku jelajahi bebatuan runcing cinta
Dalam keterasingan raga yang menyakitkan
Hingga berakhir dipelukan maut perkasa
Tuhan
Saat bunga rampai bermekar indah
Ketika daun daun semi bercahaya dipeluk cinta
Akankah cerminan silam memeluk kembali kisah ?
Melemparkan sepasang hati ke pusaran cinta kelam
Hingga maut memeluk buritan cerita

Aku jenuh
Aku lelah
Sagaku membara dalam angkara
Ingin kupekikan segenap gelegak membakar
Namun pada siapa ?
Sedang anginpun tak mampu menjamahnya

=MERPATI=


MENANTI MUSIM TIBA


Usai geraham waktu memamah seluruh kenangan
Tak terbaca lagi desah namamu yang mengiris
Dan jalanan sepi seolah bertabur ilalang rimbun
Mengenyahkan silhuet wajah
Yang dulu tak henti menggulir sepanjang jejak

Tak perlu lagi kunyanyikan madah keindahan
Yang tak henti mengaliri sudut bayangan
Melepaskan jubah hitam keterpautan
Direntangan masa yang menggamit kemunafikan
Kutinggalkan jejak samar yang tiada terbaca

Biarlah kita tetap bernaung di langit yang sama
Mengeja arah jalan tiada berkait rasa
Kususuri tikungan fajar dalam keteduhan hasrat
Menunggu sesosok musim datang menyapa
Membaluri daun daun semi kembali bercahaya

=MERPATI=