Rabu, 29 Juli 2015

PAPUA karya : Ahda Imran

Lalu seluruh lembah mengeluarkan pekiknya

sakit yang sampai ke lubuk sungai. Pulau-pulau

karang berwarna toska, padang-padang rumput,

danau, dan pegunungan yang menjulang

 

Rumbewas mengunyah pinang, meludahkan

airnya pada batu, seperti percik darah

tubuhnya penuh hutan-hutan sagu

yang terbakar

 

Kapal mereka terus datang membawa beras,

perempuan dan minuman keras, lalu mengangkut

kami punya gaharu dan emas

 

Tapi ia terus memukul tifa

irama derap kaki dan bumi

 

Ratna, Jamal dan Alwy ramai-ramai

berfoto bersamamu untuk kenang-kenangan,

lalu kami mencari patung antik, tombak, tifa,

panah, dan membeli koteka sambil tertawa

di toko-toko milik orang Bugis

 

Di langit yang kosong

seekor burung melayang, menukik,

dan membenturkan tubuhnya ke batu karang

tapi Rumbewas terus menari, membuat

putaran dan jeritan. Bulu-bulu burung

kaswari di tubuhnya meneteskan darah,

dan hari yang selalu malam

 

Ketika purnama naik,

ketika orang-orang terus membakar

pohon-pohon di tubuh anaknya,

dengar pekiknya di lubuk sungai!

 

Lembah-lembah yang dingin,

pegunungan yang menjulang,

 

dan sebuah tarian perang



 

2005

=AHDA IMRAN=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar