Rabu, 29 Juli 2015

BENTAR UTARA karya : Ahmad Faisal Imron

di Bentar Utara

di langit yang sekuning Van Gogh

kapinis menggores sebentuk tangis

untukmu, yang masih si pewaris

 

bayang-bayang Izrail

 

akhirnya, takluk pada kesia-siaan

pada seruling krem yang kaumainkan

aku rasakan segala yang berguguran

 

seperti doa Ayub penghabisan

 

seperti juga jerit sorgawi

 

pada ronamu y ang kini semerah amarah

pada hitam pastel bayang-bayang soremu

tatapanmu yang keliru, dulu, ketika aku

mengajarimu di gubuk ini dan terkejut

bahwa yang meleleh di tubuh-tubuh itu

 

nyatanya, seperti kerianganmu yang dulu

 

nyatanya, semuanya telah tiada!

 

ketika kita masih bagai perunggu; jiwa yang lugu

dengan tenang, bercerita tentang gadis bibir elastis

matanya yang sebulat purnama atau direbut purnama

di sore yang agung, saat awan-awan putih

menggores langit dengan jemarinya yang santun

mungkin, sedetik sebelum kepedihan mengental

 

mengental dan dalam

bagai seribu paku berkarat di jantungku

mengental dan dalam

bagai membekunya ujung peluru

 

kepulangan burung-burung itu

menggarisbawahi nama kita

untuk kematian hari esok

lepas dari seluruh yang telah tiada

 

Bentar Utara

di mana dendam pada beribu-ribu

gerutu sang suhu

 

di mana kau

dan hela nafas menjadi

secepat panah mengarah

 

di mana adzan

juga awan yang bagai kafan

seperti dipersiapkan

 

bagi sisa iman kita yang sebenarnya

 

tapi sungguh, dari seruling krem penghabisan

dari ritme-ritme dan tanda seru yang berhamburan itu

tiba-tiba aku ingin melihat sang Suri sedekat mungkin

menyentuh kedua pipinya, seperti menyentuh lelehan lilin

 

aku pahami benar itu isyarat atau tiga cakar bekisar di matamu

tapi detik ini, rasanya ingin kematian menjadi halus bagiku



 

2001

=AHMAD FAISAL IMRON=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar