Selasa, 04 April 2017

DUSTA YANG MEMBAKAR ANGKARA

Seusai senja ranum
Petang menelanjangi sebaris laku
Menghantar saga ke pelukan malam 
Membuat didih nadiku dibakar bara
Dusta yang melahirkan angkara
Menggumpalkan wajah keakuan pada rembulan
Mencabik setiap desahan ke tubir khianat
Tak perlu merekatkan tembang pada gelora
Kerna sengau nadamu tak lenyap ditelinga
Aku muak
Berdendang dalam irama kepalsuan
Hanya semakin menyalakan bara diperabuan amarah
Biarkan malam mengukir segala lukisan jiwamu
Dan menempatkannya di lorong waktu tak berpintu



=MERIPAT=

Tunjukkan lebih banyak tanggapan

LELAH DIBALIK DIAM MU

Namun sepi yang meraja
Begitu resah mengutuki asa
Melantakan diammu ke tubir sirna 
Mengatupkan secuil desah samar
Bersama aroma makam tua
Sepi menguburkan senyummu diantara puing
Menjadikan debu yang terbuang
Barangkali ini waktunya
Mengkaji ritual rasa ke permukaan jejak
Membiarkan angan bersemedhi dan mati
Lenyap kebalik bebatuan karang dan lumut hitam
Seperti nyanyian camar di pucuk gelombang
Sunyi menggulung debar semu dalam tiada
Membekukan buih hasrat kebalik pelukan gigil
Aku lelah
Mengeja rangkaian sepi yang lahir dari diammu
Membalut semu tawa dalam kesendirian rasa
Hanya semakin membuat jejakku kian legam
Dan membuat aku mengerang dibalik sepi yang tua



=MERPATI=

ANDAI MAMPU KUBENAHI

Senja yang pijar
Mencatatkan ayat ayat cinta dikeningnya
Bau aroma tanah kelahiran 
Menghembuskan angin kenang disisi pelangi
Mengajak dendang senyum jiwa merekah
Ribuan jejak tak henti terukir dibenak
Menggoreskan rindu pada seraut paras nan elok
Andai waktu mampu melaju terbalik
Akan kubenahi ujung cerita menjadi pelangi
Dan kusimpan semua keraguan tercipta
Pada lipatan senja yang beranjak kemalam
Hingga tiada sesal memberat membeban dihati
Lalu akan kugeliatkan segenap rasa yang bersemayam
Pada sebaris nama yang tak pernah lekang dari jiwa


=MERPATI=

LALU KITAPUN AKAN TERDIAM BISU

Lalu kukibas semua gumpalan mimpi
Menghalaunya ke haluan remang sepi
Kutoreh sisa asa dengan sayatan beku 
Agar tiada menggeliat resah kala keakuan memandang
Biarlah malam tak bernyanyi lagi
Seusai kurencah kidung mu menjadi serpihan
Dan hinggap dipucuk dedaunan
Ketika angin tandang menerbangkan segalanya
Tak usah berkaca lagi pada bincang terkuak
Kerna gemanya tak pernah mengiang di jiwa
Bagai bisikan ombak yang hanya merisaukan pantai
Begitu rapuh dalam genggam laku
 Hanya sekejap bertahta sebelum membenam kebalik tiada
Lalu bagai sepasang kakek dan nenek yang sudah lama bercinta
Kitapun akan terdiam bisu dalam keterasingan rasa



=MERPATI=

MENYEMPURNAKAN DUKA

Lalu kau catatkan semua perjalanan pada waktu
Menyimpannya diantara dinding kusam kenangan
Goresan yang terlihat begitu samar
Teraba pedih pada kelopak tatap netra
Sebaris cerita yang tak hendak terengkuh angin
Meski embun tak henti membalurkan pada benak
Di pasir sunyi kau menepi
Membilang debur ombak yang mengarak lagu
Mengeja nada hati direngkuh perjalanan kelam
Selaksa noktah terlukis legam
Membekas hitam pada sayatan kering luka kehidupan
Namun kau tetap membisu dipusaran perih menyengat
Menyempurnakan duka yang tak henti mendera



=MERPATI=