Minggu, 27 Mei 2018

TAK HENTI KUCORETKAN DENDAM

Di dinding laut terluka
Gelombang mencoretkan dendam
Mengasah ribuan tikai aksara
Mengayuh pedang kebencian di kisi bahtera
Di atas bayangan pekat kedukaan
Kurobek semua kanvas keindahan rasa
Hingga yang tersisa hanya serpihan debu

Mungkin langit tak berharap badai
Namun keakuan tak hendak berjabat purwa
Di rona angkara, kukunyah darah
Memercik tak bergeming pada nestapa
Meski pasir pantai menjeritkan keluh
Mengerang pada angin luka meradang
Namun masih kuhunjamkan jua
Belati kepedihan yang terlahir dari dendam

Di laut angin masih menjulangkan duka
Mendesir pada sepi yang semakin renta
Namun jemariku tak peduli
Tak henti meronta, menggoreskan aksara saga
Disekujur kisah yang telah menjelma buih

=MERPATI=

EGO

Bumi mengerang menggapai beban
Memalingkan muka disetiap tetes darah
Meski angin tiada mempersoalkan perih
Saat tajam kelukaan merobek dahan
Namun duka terlanjur merambah nadi
Mengisyaratkan sebaris rentang kepekatan hari

Ada gelegak menggemuruh
Membakar jantungku hingga mengerontang legam
Meremas keakuan bangkit
Menjelma dalam butiran saga disudut resah
Tak layak pintamu kuukir dalam tarian rasa
Hanya melahirkan gelisah tanpa ujung

Mungkin engkau takan pernah mampu
Menangkap makna yang kulontarkan dalam diam
Sebuah wajah pergulatan
Yang kusadari akan melumatkan segalanya
Hingga tiada menyisakan jejak di rentang waktu

=MERPATI=

KEKASIH KEGELAPAN

Lalu malam akan menjadi kekasih setiaku
Menguak ribuan elegi dari resah aksara
Dan rindu tak lagi melahirkan kidung
Yang kerap mengarak bayangan mu
Dalam sebaris senyum rekah rembulan

Mungkin tak lagi kupeluk
Ribuan sajak yang mengaliri sungai cinta
Usai kau pilah kisah ke sudut remang
Dan mendamparkan
Hingga terbenam ke balik lipatan angin

Andai kau tahu
Pilar kasih yang kini menjulang tegak
Kubangun dari ribuan serpih bebatuan cinta
Dimana setiap butirnya
Mengalir darah dan nafas jiwa yang enggan rebah
Memahat sebuah bayang kekasih nan sakral

Mungkin aliran sungai akan menjadi karibku
Dimana dingin airnya
Mampu menyejukan gelegak yang membara
Usai kau tikamkan pisau takdir
Ke sekujur raga cinta yang memekar indah

=MERPATI=

TERLANJUR

Memuncak sunyi berayun resah
Menyerak bayang dikisi rindu kerontang
Jiwa labil dimamah pusaran arah
Terjerembab dipersimpangan kelam bermata dua
Hasrat memudar seiring duka
Terhembus cedera digenggaman tanya tak berjawab

Kuhalau halang jalang di tatap netra
Meningkap segala resah diharibaan benak
Kurekat sisa asmara pada dinding hasrat
Menepis buih hitam yang tiada berkaca rupa
Namun bincang  terlanjur melahirkan jejak
Memantul pada cermin di lengkungan fikir
Membuat nadiku berdenyut dalam gulana

=MERPATI=

PERIH DIBALIK PINTA

Perih terkuak
Menyiram gigil beranda hati
Dititian pematang cinta
Jejakku tertatih
Menyeret ribuan beban
Dari percikan takdir wajah kegelapan

Bincangmu laksana pisau bermata dua
Menyayat perih disepanjang arah 
Menaburkan serbuk hitam
Dibeningnya hamparan hati mencinta
Membuat luka disekujur cerita cinta
Dan meninggalkan raut pedih dibalik bayangan

Andai kau tahu
Pintamu laksana mengepal duri di dalam jemari
Hanya membuat kulit jiwa ini berdarah
Dan semakin berdarah disepanjang laju waktu
Pada akhirnya akan melahirkan segumpal tikai
Kerna kita masihlah sosok insan biasa
Meski kita tahu ada cinta di hati kita

=MERPATI=

DESAHKU DIFAJAR RESAH

Kutuliskan diamku dilengkung fajar
Menyelinap pada sela sela gumaman embun
Mengucur deras di setiap tetes airmata pagi
Kupateri segala resahku pada dahan layu
Sebelum angin sempat melihatnya
Dan membawanya hingga ke balik bukit kering

Kudesahkan pada aksara
Semua gelegak yang terlahir dari bincangmu
Sebaris wajah kenyataan yang kusimpan rapi
Dalam lipatan bayang bayang malam
Hingga awanpun tak mampu membacanya
Sebuah fragmen kisah lama
Yang enggan kutemui dalam langkah terlalui

Kulontarkan maafku pada bayangan surya
Sebelum gelegak bertandang riuh
Dan melemparkan rasa kita 
Pada sebuah pertikaian semu yang enggan kau raba

=MERPATI=

LUKA YANG TERSIBAK

Sepi menjerit
Membawa senyum ke tubir duka 
Jentera kasih menanti hembus saga
Tertatih resah di persimpangan senja
Sebelum malam meningkap
Dan memberaikannya pada buih angkara

Kutikam cinta
Perihnya berjangkit ke udara
Menyibakan kembali luka lama
Disepanjang titian takdir yang enggan kutemui
Dibalik bayanganmu aku tertegun
Mengeja setiap jejak
Yang terpateri dari guratan langkahmu

Sepi menjerit hampa
Menghamparkan bentangan resah di sudut kisah
Memapak jejak ku pulang
Kembali memeluk indahnya luka yang tertinggal

=MERPATI=

KATAKANLAH PADAKU

Ketika angin resah
Dan tiba tiba teka teki dirimu tersibak
Mengapa rasa ini menjadi asing ?
Tiada terbangkit gemuruh yang pernah ada
Mengelam bersama seribu lara silam
Yang terurai dari sisi perjalanan hitam cinta

Kini kita terperangkap
Terkatung dalam lembaran cerita tak berujung
Menggenggam separuh rasa di haluan asmara
Mengering dalam kerontang pasir membentang
Denyut mimpi kian mengeras
Menguap terbakar terik menghadang

Katakanlah
Tentang butiran angan tersisa
Tentang sebaris hasrat meronta
Yang tengah kita buang kebalik kabut luka
Tunjukanlah padaku
Arah mata angin yang hendak kita jamah
Agar mata kaki ku ini mampu mengarak
Jalan pulang kita

=MERPATI=

LUKA DEMI LUKA

Malam menggoreskan rindu
Melepahi lekukan angin, meraba hampa
Mengeja setiap jejak bayangan disudut resah
Kuhempas lelah pada batu batu
Berderai, memantulkan raut kusut penantian
Yang tersibak diantara lenguhan deru sepi

Tiada lagi yang tersisa dari kenang
Hanya sebaris rindu yang kian asing
Merambahi garis sunyi
Menggapai dinding hati hingga terdampar 
Melahirkan remang dari balik waktu tak berpintu
Dan aku tak mampu menggeliatkan rasa
Berlari dari pusaran kelam yang tercipta

Tak ada lagi percakapan malam
Kecuali sepi yang kian merajam nadi
Meninggalkan segenggam luka diatas luka
Dan tak henti mendera perihku hingga lunglai

=MERPATI=

AKU BENCI DUSTAMU

Keakuanku bangkit
Bagai amarah gelombang
Menghempas terjal karang
Meleburkan tiupan angin pada redam
Di ujung bayanganmu
Kutingkap senyum rembulan
Menghitam pada dinding kedustaan

Tak ingin kupanggil badai
Menggilas segala cerita tentangmu
Melebarkan samudera pasang kebencian
Hingga langit berlari darimu
Membiarkan saga bergemuruh angkuh
Dan aku tak lagi ingin bersajak tentang cinta
Yang tak henti terlumuri buih kedustaan

Biarkan sunyi memeluk
Memagari sekujur helaan aksaraku
Yang kini terdengar bagai gemuruh
Pisau pisau tajam kebencian rasa

=MERPATI=

Sabtu, 26 Mei 2018

DALAM PELUKAN JEMARI MALAM

Kupeluk jemari malam
Mengenyahkan sisa gelegak
Yang terlahir dari  rahim kedustaan
Dimana jejaknya tak henti menjentikan perih
Membuat merah dan berdarah sekujur kulit jiwa

Kulontar raut amarah ke tubir bisu
Membuangnya bersama pikiran sesat
Yang mengganggu bait bait sajak ku
Agar tak gulana jemari hati
Menikamkan ribuan aksara tajam
Kesekujur bayanganmu yang mencipta luka

Dingin tak henti membawa gigil
Mengisyaratkan nyanyian sepi disepanjang remang
Namun mencipta segumpal ketenangan di lubuk hati
Membuat aku terlupa sekejap
Tentang rindu dan luka yang mengarak hingga senja

=MERPATI=

CINTA PADA AKHIRNYA

Dan cinta akhirnya
Membuat garis kesunyian pada hati
Memulas pekikan kidung menjadi elegi
Terdengar parau bagai teriak gagak renta
Ditikungan senja telah menunggu remang
Mengkaribkan sejuta gelap perih pada kehampaan
Hingga yang tersisa hanya gemuruh resah
Membaur bersama himpitan luka yang terkuak

Dan cinta pada akhirnya
Membaringkan senyum cakrawala kebalik gelap rembulan
Membawa ribuan jeruji hujan menikam
Membuat nanar netra jiwa diujung cerminan duka
Diantara deburan ombak berkejaran
Tiada lagi rindu bergaung mengarak nyanyian camar
Hanya hentakan keras yang tersisa
Menghantam lebur karang hati yang tergoyah labil

Dan cinta pada akhirnya
Hanya mengantarkan jiwa pada pusaran kelam renta
Dan meningglkan seraut pedih wajah kebencian kalbu

=MERPATI=

MALAM, DEKAP AKU DALAM NAFAS MU

Malam
Peluk aku dalam gigilmu
Agar tiada resah gemuruh bara di dada
Dekap aku dengan kesunyianmu
Hingga tiada menggaung lagi
Gemuruh sesat yang membakar jiwa

Malam
Katakanlah padaku
Tentang sebait kebenaran
Yang tak hendak kudengar
Namun
Menguak segala misteri tabir kelukaan
Salahkah
Jika sebuah kejujuran mesti terngiang
Walau sengau terdengar oleh gendang jiwa? 

Katakanlah malam
Katakanlah padaku tentang makna sebait kejujuran
Tentang sebaris kebenaran yang hakiki
Yang tak tergoyah oleh seraut kekebohongan
Walau semanis wujud senyuman rembulan

Malam
Rengkuh jiwa ini dalam helaan nafasmu
Agar dapat kau rasakan
Betapa sesaknya luka yang tergenggam kalbu

=MERPATI=

BERAKHIR

Desir rindu seperti pisau mengiris
Mengoyak gemuruh hati nan resah
Melantakan ribuan hasrat bersemi
Meski sembilu terasa mengiris nadi
Namun tak menggugah keakuan luruh tersenyum
Cerita telah semestinya menyusuri ujung tiada

Selurus bentang cahaya menggurat bumi
Kupasung langkah melewati bungkah keraguan
Melemparkan semua wajah kenang ke tubir sirna
Hingga hilang bayanganmu dalam purwa kemanisan
Tiada terbangkit rasa yang pernah ada
Hilang dan mengendap beku
Di lorong sempit wajah kepalsuan rasa

Berakhir dan semestinya berakhir
Tiada mengeja bayangan luka menganga
Que sera sera
Berakhir dan akan berakhir
Meski apapun yang akan terjadi nanti

=MERPATI=

DIAMKU LAKSANA KARANG

Tuhan
Jadikan aku bagai karang
Yang kokoh tiada bergeming
Meski badai menghentak keras kulitku
Biarkan aku menjulang tak berpaling
Agar dapat kusimpan semua rahasia duka ini
Dalam diamku yang setia

Tuhan
Biarkan aku setegar bukit menantang awan
Yang tiada menengok ketika tangkai nyiur melambai
Meski nyanyian angin memekik manja dalam rayu
Biarkan selamanya aku menjadi seperti waktu
Yang tak pernah kembali
Meski angan dan hasratku mengerang dalam pinta

Tuhan 
Biarkanlah diamku menggenggam kebisuan abadi
Mengarak seribu luka yang tak ingin kembali
Dan akan kusimpan semua kepedihan ini
Dalam diamku yang setia bagai karang
Karena diamku sebagai manusia
Tak dapat aku percaya

=MERPATI=