Selasa, 09 Mei 2017

PADA SIAPA ?

Pada siapa kunyanyikan kidung malam ini ?
Sedang sepi tak henti menghembusi hari
Merabai detak nadiku dengan sekelumit kecewa
Dan angin tak henti menggeliat resah
Mengarak amarah disekujur bayangan gelap
Membuat rasaku terpateri diantara gemuruh kilau saga
Pada siapa kutuliskan seikat syairku ini ?
Sedang langit mulai basah, menangis risau
Membasuh luruh tetes demi tetes tinta jiwaku
Lalu meleburkannya dalam gumpalan warna pekat
Membuat malam malamku tak lagi bersenda kemilau
Menghening bersama seribu elegi sajak sajak ku
Pada siapa kubisikan cumbu mesra lagu hati
Sedang bayang dirimu telah kutikam dalam sunyi 



=MERPATI=

HANYA KEBEKUAN YANG TERSISA

Angin mengerang digulung resah
Memecah sepi dihaluan renta malam
Sebaris rasa terpojok diujung hampa 
Mengais jejak luka sepanjang dusta
Seribu sesal tak lagi memupuk guna
Hanya semakin mencipta angkara bulan merah
Kata berpeluk duka, merapal elegi diatas luka
Sejumput sajak ku terkatung dilorong kelam
Memangku ribuan makna buih kepedihan rasa
Tiada terbangkit senyum yang pernah ada
Usai raut kepalsuan menjelma dari bincang semu
Malam menghening sepi
Melipat segala rasa yang tersisa
Dustamu telah menanggalkan semua pijar keindahan
Menyisakan sebaris raut beku di hamparan kalbu
Meski angin telah menyampaikan segenggam maaf
Ketika hembusnya mengitari merah saga kulitku



=MERPATI=

TERLUKA

Ujung malam mencetus getar
Gugah nurani pada bayang perkasa
Luruh keakuan diterpa kerdil 
Merapat jiwa kesudut lemah insani
Linangan malam jadi sesejuk embun
Teraba debar ilahi disekujur pori nurani
 Meski tiada terdustai kata
Gelegak angkara tak redam oleh nyanyian suci
Barangkali aku lupa
Topeng laku tiada seiring ahlak
Hanya memantul bayang semu insani
Yang kerap terbaca angin bagai lukisan dewata
 Seperti cermin dirimu
Yang kuraba bagai kaligrafi indah bidadari
Membius sekejap angan dan hasrat
Sebelum akhirnya melantakan segalanya
Ku tubir duka yang paling dalam
Ujung malam menghentak resah
Menggores nurani pada sebuah bejana kelam
Dan di pintu MU
Aku hanya mampu mengerang lirih dalam bisu
“ Tuhan, aku begitu terluka !”



=MERPATI=

KETIKA TUHAN MENGHADIRKAN DUKA

Pernah ada hari
Tuhan mengusapkan jemari cinta pada kita
Membuat aku terlena 
Mabuk dalam gelombang riuh asmaradana
Seribu senda mesra berbaur
Mengawani ritual hari penat dalam senyum
Kita tertawa dalam pelukan cinta
Mengarsir berjuta huruf dengan lekukan kasih
Kemarin
Tuhan telah menjentikan jemari kuasa Nya
Mengibaskan semua senyum
Melaburi kemilau hari dengan wajah kusa,
Seribu nyanyian asmara menggeliat resah
Berlari tandang menjelma dalam purwa duka
Mengentaskan semua mimpi pada kegelapan malam
Dan menyisakan segumpal luka di dalam dada 



=MERPATI=

LUKA YANG TERLAHIR DARI KEGELAPAN CINTA

Kau berlari
Menyusupi kelambu pekat hujan
Merenda duka dalam tangisan buana 
Mengeja setiap detak nyanyian perih
Selaksa kecewa kau pekikan dalam gemuruh
Melelapkannya kebalik kepedihan langit
Sehingga pudar cahaya pelangi
Dimamah serangkai luka yang menganga
Prahara itu telah melantakkan segalanya
Menyusupkan kepingan mimpi kebalik resah
Seribu dusta menggemai dinding rasa
Menyayat perih tabir makna sebuah kejujuran
Di pintu gerimis malam
Engkau tengadah bisu
Menadah butiran luka demi luka yang tersibak
Kau terus berlari
Mengitari pusaran malam yang semakin beku
Mendendangkan ribuan irama elegi
Yang terlahir dari kegelapan wajah cinta 



=MERPATI=

SEDINGIN KEMATIAN SAJAK KU

Sedingin tawa pusaran makam
Kematian ribuan sajak memendam beku
Mencoreng legam jelaga hati 
Menjelmakan segumpal kecewa disudut langkah
Segenggam benih di dalam dada terlunta resah
Menggigil ditikam belati amarah
Yang tercipta dari bayangan cermin kedustaan
Kubenahi hasrat yang terlanjur menyala
Melipatnya diantara genangan luka memendar
Seribu nyanyian duka kuhembuskan di lorong waktu
Menggemai setiap pantulan sepi yang meradang
Dan kuhapus semua buih yang menyerpih dari bayangmu
Meski barisan sajakku akhirnya merintih
Membuat jemari jiwaku kian kaku dibakar beku 



=MERPATI=

BIARKAN SEPI, UNI !

Pada sepi yang mengakar
Rindu tak selamanya mengawang resah
Meski gelombang menanggal pasir tak bertepi 
Namun nafas senyummu bagai magma yang melempar jala
Menjerat kaki jiwaku pada telaga keindahan rasa ‘
Membuat laut hatiku mendesir dibawah riak bayanganmu
Tak perlu kau desahkan ucap selamat datang, uni
Rinduku mampu mengenal lekuk aroma tubuhmu
Jemari cinta ini tak pernah lelah mengukir kata
Mengeja setiap desah bibir indahmu
Menjelajahi bening sorot mata yang menguak misteri
Hingga mencipta ribuan syair dari pantulan bayangamu
Biarkan sepi mengarak jalan kita, uni
Cintaku tak akan sesat merabai gelapnya jalan ini
Meski padam rembulan telah menghilangkan
Sebaris arah tujuan, dermaga perjalanan kita
Namun kutahu cinta ini tak akan rebah menyerah 



=MERPATI=

PINTAKU ADALAH KEBAHAGIAANMU

Dimana engkau dewiku ?
Kawi mu sirna diterpa masa
Mengering bersama hampa
Hanya sunyi merenda tabir hati
Bahkan rindupun telah terlipat
Melayang tinggi bersama duka berlari
Kemana engkau berlabuh kini, merpatiku ?
Berpagut mesra dalam sangkar emas jiwa
Menyanyikan lagu kasih sepanjang titian waktu
Dimana pijar kebahagiaan
Tak henti bergemuruh membalut langkah
Menjelmakan ribuan kemilau pelangi dalam jiwa
Telah kurangkaikan ribuan puja doa
Membelah sekujur langit, mencipta pinta suci
Hingga seribu bunga memekar bersama gairah malam
Mengentaskan bayang bayang legam tentang kedukaan
Dan mewujud nyanyian bahagia dibalik hatimu
Seperti yang selalu kuharapkan, seusai hasrat berhenti 



=MERPATI=

Tunjukkan lebih banyak tang

SESAL DI ATAS DUKAMU

Dibalik rimbun awan
Aku memanggil namamu
Mendesahkan sebaris hasrat pada angin 
Melepas ribuan buih sesal ke dinding senja
Kuhirup aroma kasih yang terkatung
Ketika jejak langkahku berlari
Menggapai semu disudut goresan silam
Kutahu
Sebaris aksara tak cukup mengentaskan dukamu
Membalut jejak hitam dipematang terlewati
Membawa pulang kembali segenggam pelangi
Yang dulu kucampakan dari paras mencinta
Namun tiada kupeduli pada hentakan aral angin
Akan kukembalikan sebaris senyum yang hilang
Meski kutahu akan terlihat patah diesok hari
Dari balik gemuruh sepi
Masih terus kupanggil namamu
Melepaskan ribuan sesal
Yang tak henti menghentak risau dinding hati 



=MERPATI=

SEBARIS SAJAK BAGI MIMPI TERBUANG

Kurangkai sajak dalam senyum
Kata kata yang indah bagi sepotong hati
Segenggam puisi jiwa dari lubuk kalbu 
Yang kupahat mesra di dinding langit cinta
Ribuan makna melayah bicara
Mengukir serentang pelangi diatas perjalanan rasa
Membahana dalam segumpal hasrat membara
Tentang sebaris getar yang tertinggal diujung jejak
Kulukis keindahan kata dalam tawa
Hari hari yang manis disepanjang pematang cinta
Sebait nyanyian kasih yang menggaung merdu
Melantakan dinding sepi kebalik gemuruh rasa
Hilang duka diterban debar berarak
Merangkai sebutir asa pada hati nan indah
Dimana dulu telah kutinggalkan perladangan hijau
Ketika gemuruh semu menghantara hasrat gulita
Kurangkam mimpi terbuang dalam harap
Semoga langkah tiada berpulang pada kepulan noda 



=MERPATI=

KUBISIKAN PADA LAUT, "AKU KEMBALI !"

Laut bangkit ke arahku
Melepas embun pada kening senja
Mengajak senda burung camar lewati gemuruh
Rasa sumringah dalam dekap mentari
Mengukir kemilau disekujur laku jiwa
 Mengingatkan benak pada sebaris raut kokoh
Yang dulu tak henti menadah glombang dengan senyum
Kugenggam ripah kebebasan di antara deru ombak
Memapak hembus angin dalam rengkuh tawa
Segumpal keringat mimpi kukibas dari kulit
Membenamkan kebalik pasir putih menawan
Kuajak gelombang bernyanyi
Memekikan seribu kidung riang bagaskara
Hingga laut mendengar desah bahagia nafasku
Lalu kubisikan padanya
Telah kulepas jubbah semuku
Dan aku kembali menjadi diriku



=MERPATI=

ASA PADA LANGIT YANG SEMESTINYA

Denting kata melagu sendu
Memapak rinai disenyum rembulan
Sepasang rasa berkaca dibalik pantulan cermin 
Menggurat sependar asa yang terkatung silam
Di pintu malam
Aku merangkai buih buih yang terbelenggu
Melafalkannya pada langit yang semestinya
Tak ragu kucuri aksara dari kening legam
Membingkainya dalam kaligrafi kanvas kenyataan
Meski selaksa kutuk sepi merobek peluk netra
Mengawangkan pada gairah cumbu fatamorgana
Namun tiada menepi tapak yang tergurat lurus
Berkerut dalam beku menempa dingin besi hampa
Agar tiada berpulang nyanyian semu diufuk asa



=MERPATI=

DUKA YANG KIAN RENTA

Senyap tipis membisiki hampa
Menempel pada dinding kenangan kusam
Bayangmu tak henti menggeliat 
Menghimpit kaku di nafas jantung rasa
Hinggi menggigilkan urat nadiku pada beku
Diujung rindu aku tengadah bisu
Mengeja kegelapan sepanjang langitmu
Kuelus pucat bayanganmu lewat aksara
Melintasi puing hasrat menggapai sajak
Tiada lagi irama pelangi yang tersirat
Hanya serangkaian makna biru terurai
Dan segenggam rindu yang mengumpal legam
Tak tersisa lagi butiran kemilau diatas jejak
Semuanya sirna dibakar rentangan waktu
Sunyi melukis getaran langit malamku
Gema nyanyian cinta tak lagi menggaung
Hanya gelembung perih disela aliran darah
Mengisyaratkan duka yang kian renta



=MERPATI=

Selasa, 04 April 2017

DUSTA YANG MEMBAKAR ANGKARA

Seusai senja ranum
Petang menelanjangi sebaris laku
Menghantar saga ke pelukan malam 
Membuat didih nadiku dibakar bara
Dusta yang melahirkan angkara
Menggumpalkan wajah keakuan pada rembulan
Mencabik setiap desahan ke tubir khianat
Tak perlu merekatkan tembang pada gelora
Kerna sengau nadamu tak lenyap ditelinga
Aku muak
Berdendang dalam irama kepalsuan
Hanya semakin menyalakan bara diperabuan amarah
Biarkan malam mengukir segala lukisan jiwamu
Dan menempatkannya di lorong waktu tak berpintu



=MERIPAT=

Tunjukkan lebih banyak tanggapan

LELAH DIBALIK DIAM MU

Namun sepi yang meraja
Begitu resah mengutuki asa
Melantakan diammu ke tubir sirna 
Mengatupkan secuil desah samar
Bersama aroma makam tua
Sepi menguburkan senyummu diantara puing
Menjadikan debu yang terbuang
Barangkali ini waktunya
Mengkaji ritual rasa ke permukaan jejak
Membiarkan angan bersemedhi dan mati
Lenyap kebalik bebatuan karang dan lumut hitam
Seperti nyanyian camar di pucuk gelombang
Sunyi menggulung debar semu dalam tiada
Membekukan buih hasrat kebalik pelukan gigil
Aku lelah
Mengeja rangkaian sepi yang lahir dari diammu
Membalut semu tawa dalam kesendirian rasa
Hanya semakin membuat jejakku kian legam
Dan membuat aku mengerang dibalik sepi yang tua



=MERPATI=

ANDAI MAMPU KUBENAHI

Senja yang pijar
Mencatatkan ayat ayat cinta dikeningnya
Bau aroma tanah kelahiran 
Menghembuskan angin kenang disisi pelangi
Mengajak dendang senyum jiwa merekah
Ribuan jejak tak henti terukir dibenak
Menggoreskan rindu pada seraut paras nan elok
Andai waktu mampu melaju terbalik
Akan kubenahi ujung cerita menjadi pelangi
Dan kusimpan semua keraguan tercipta
Pada lipatan senja yang beranjak kemalam
Hingga tiada sesal memberat membeban dihati
Lalu akan kugeliatkan segenap rasa yang bersemayam
Pada sebaris nama yang tak pernah lekang dari jiwa


=MERPATI=

LALU KITAPUN AKAN TERDIAM BISU

Lalu kukibas semua gumpalan mimpi
Menghalaunya ke haluan remang sepi
Kutoreh sisa asa dengan sayatan beku 
Agar tiada menggeliat resah kala keakuan memandang
Biarlah malam tak bernyanyi lagi
Seusai kurencah kidung mu menjadi serpihan
Dan hinggap dipucuk dedaunan
Ketika angin tandang menerbangkan segalanya
Tak usah berkaca lagi pada bincang terkuak
Kerna gemanya tak pernah mengiang di jiwa
Bagai bisikan ombak yang hanya merisaukan pantai
Begitu rapuh dalam genggam laku
 Hanya sekejap bertahta sebelum membenam kebalik tiada
Lalu bagai sepasang kakek dan nenek yang sudah lama bercinta
Kitapun akan terdiam bisu dalam keterasingan rasa



=MERPATI=

MENYEMPURNAKAN DUKA

Lalu kau catatkan semua perjalanan pada waktu
Menyimpannya diantara dinding kusam kenangan
Goresan yang terlihat begitu samar
Teraba pedih pada kelopak tatap netra
Sebaris cerita yang tak hendak terengkuh angin
Meski embun tak henti membalurkan pada benak
Di pasir sunyi kau menepi
Membilang debur ombak yang mengarak lagu
Mengeja nada hati direngkuh perjalanan kelam
Selaksa noktah terlukis legam
Membekas hitam pada sayatan kering luka kehidupan
Namun kau tetap membisu dipusaran perih menyengat
Menyempurnakan duka yang tak henti mendera



=MERPATI=

Rabu, 29 Maret 2017

KETIKA SEPI MENGUAK LORONG SILAM

Kenanganmu bangkit
Bagai serpihan hujan malam hari
Menjulang dibawah bayang sunyi
Merajut gemuruh di kisi lelap aliran nadi
Membuat renta sepi yang memanggang kalbu

Angin pulang tak henti berdesir
Mengabarkan segenggam cerita usang bayangan
Mengajak rindu bertandang perlahan
Melepahi jengkal dedaunan hening malam
Menggoreskan perih ke sudut hati lelah

Di kesendirian malam aku berkawan hampa
Mengeja sesal rindu dari balik kenangan hitam
Menadah butiran perih tangis malam
Aku kian terperangkap dipematang biru bayanganmu
Usai sepi menguak lorong waktu silam yang terkatup




=elegy=

DUSTA YANG MELUKAI

Angin merengkuh kesunyian
Mendekap dukaku dalam gigil
Luluh bimbang menggali kubur rasa
Mengecup bayangan kekasih kebalik bumi
Simpang penantian telah sampai pada pusarnya
Mengarak sebaris lelah dititian aral

Setonggak bimbang luruh dibakar gelegak
Mencerna pucat amarah pada kobaran angkuh
Gelombang tak ragu mencipta murka
Melolongkan pekik kelukaan dikisi jantung
Diujung bayanganmu kutingkap rebah semua senyum
Dan membuangnya di lorong waktu tak berpintu

Aku muak menarikan dusta diujung jemari
Merangkai keindahan semu leIwat senyuman patah
Kutikam bincang fana dalam purwa kebenaran
Lalu kubasuh setiap jejakmu dengan darah yang menetes




=MERPATI=

Senin, 27 Maret 2017

AKU JATUH CINTA PADAMU, ADAKAH KAU RASAKAN YANG SAMA ?

Ada hati tak punya raut, kosong tiada bernada
Menyirat harapan, menyulam tatapan, namun tetap masih kosong
Sehampa lantunan angin senja yg memeluk kaki lembah
Mendengung dalam gemuruh, mendesir dalam hembusan
Namun tiada menyurat wajah apapun, kosong dan hampa
Ada bayangan cinta mu yg mengetuk perlahan
Malu malu bertandang, bawakan seulas senyuman paling mesra
Hingga membuat kaca jendela jiwa ku bergetar, terhenyak dentuman meriam cinta yg kau sulutkan dalam hembus aksara mu

Kaki ku...oh ada apa dengan kaki kaki jiwa ku ini
Kulihat sepasang kaki jiwa ini menampak gemetar tiada beraturan
Rupanya dentuman swara cinta ini, tlah membuat hasrat angan jiwa ku menjadi liar
Hingga membuat<br />kaki kaki jiwa ini tiada terkendali lagi, ingin segera berlari menghampiri cinta
Oh ada apa dengan hati ini
Sepertinya lengan jiwa ku pun telah habis kesabaran nya
Ingin segera merengkuh bayang, mendekapnya dalam pelukan cinta nan hangat
Namun rupanya sang benak mengulas ujung keraguan

Sebaris tanya menghiasi merah nya urat urat nadi benak ini
"ADAKAH SEMUA DENTUMAN ITU TERTUJU PADA DIRI ?"
"ADAKAH SEULAS SENYUMAN MESRA ITU UNTUK HATI INI ?"
Ach...aku jadi bimbang, aku jadi ragu
Mestikah kutanyakan pada sang rembulan genit ?
Atau kutanyakan pada kembara binal yg melanglang ?
Oh ya, aku tahu...mungkin harus kutanyakan pada mu, duhai gadis cantik pemilik senyuman nan elok
Adakah getaran kasih ini menuju pada bayangan hati ku ?
Atau mungkin aku yg harus berkata pada mu tentang getaran direlung hati ini
"Aku jatuh cinta pada mu. Adakah hati ini akan bersambut kasihmu ?"



=MERPATI=


LAGU TENTANG CINTA (SONG BY MERPATI)

Masih jauh jalanan yg harus ku tempuh
Menyusuri lorong waktu hidup ku
Dan lagi aku mesti berpacu
Bersama waktu yg enggan berhenti

Ketika senja mulai melingkup
Akupun telah rebah di sini
Dibalik bukit kering dan gersang
Kucoba berdiri tegarkan hasrat ku

* reff
Aku berlari
tinggalkan silam dan dirimu
Ketika senja telah berlalu
Kaupun berlari
Nyanyikan lagu tentang kita
Tentang ketegaran jiwa kita
Dan tentang diri mu, saying
Lagu tentang cinta



^song by : MERPATI


DIKAULAH MUTIARA YANG HILANG ITU

Setangkai bunga mawar merekah dalam genggaman
Terhangatkan oleh pijar pijar kasih yg enggan memudar
Mewangi diantara selusin kembang setaman, semerbak aroma menghias rupa
Dititian kerontang taman hati mu, kusemai segenggam benih benih cinta yg terlanjur bertunas
Agar tumbuh berpancang, menjulang berakar teguh dalam rasa

Seperti nyanyian syurga, indah bincang mu menyerap atma
Membuai rasa diantara gemuruh debar, dan aku terluruh dibatas angan yg terbangkitkan
Seindah kemilau emas hamparan hati mu, menyepuh jiwa ku dalam gemerlap riang
Dan aku mampu tersenyum kembali, menuai aksara di padang maya
Dan aku mampu kembali melagu, menyulam dawai dawai kidung indah asmar
aMengarsir nada nada kerinduan di atas hamparan bayang indah diri mu

Tak syak lagi, dikaulah kendil kemerlap jiwa inì
Dalam pelukan bayang diri mu tiada ku temui tangis
Dalam dekapan kasih mu, tiada kelukaan yg menghias langkah
Dan dalam rengkuhan keteduhan mu, hati ini selalu bernyanyi riang
Menguntai nada nada kemesraan diantara lenguhan kasih yg terpancar dari hati mu

Terima kasih sayang, hadir mu kembali, menawarkan smua kesedihan hati ini
Hadir mu kembali menguraikan sebaris keriangan jiwa yg nyaris sirna
Dan kehadiran mu kembali, bagaikan menemukan kembali sebutir mutiara cinta ku yg pernah hilang




=MERPATI=

TERJADILAH APA YANG SEMESTINYA TERJADI

Kusunting rembulan di peraduan hening
Ketika angin tak lagi hendak beranjak menyusuri kegelapan
Dan bunga bunga malam tlah enggan berguguran dì setiap helai kepak nya
Hanya menyisakan sebait panggil gigil di ujung relungan jiwa
Duka itu hadir disetiap kali sayap sayap jiwa ini terbentang
Bayang itu muncul di setiap kali anganku terbangkit, menggapai hasrat

Bìlakah sebaris nyanyian hati khan memerdu indah ?
Berlagu mendayu, mendesah syahdu diantara keping keping harapan
Seperti dawai dawai indah yg terlontar dari balik lantunan sang dewi malam
Seperti kidung kidung mesra yg terurai dari nyanyian sang rembulan
Begitu indah, begitu merdunya merengkuh sukma dalam binar kehangatan rasa
Membasuh nurani hingga menampakan gemerlap kemilau aroma bunga setaman
Tiada duka, tiada isak
Tiada sunyi, tiada hampa
Jua tiada sisa sisa kelukaan yg menggurat samar
Aku ingin malam ku sesempurna sinaran rembulan nan utuh&
Tiada menggurat bercak bercak legam, meski hanya setitik

Malam
Aku ingin bersanding dipelataran syahdu tanpa keraguan
Aku ingin berdiri di altar ketulusan cinta, tanpa bayang lalu menyentuh bimbang ku
Dan aku ingin berpeluk kasih dengan nya, tanpa bayang bayang lalu mengusik jiwa ku
Malam
Jika memang dia tercipta untuk ku, maka terjadilah apa yg semesti nya terjadi




=MERPATI