Minggu, 20 Juni 2021

BISIKAN CINTA

Angin resah
Senja berkalang
Lalu keremangan menggeram
Memanah kemilau rebah
Bayangmu datang
Memanggil gemuruh bertandang
Menyeret buih rindu
Lewat arakan gerimis jatuh

Kutangkap senyap
Senja lenyap dipeluk gelap
Dan rindu meronta liar
Memamah senyum
Menuju rimba semu
Dimana tiada purwa tersentuh
Hanya sisa ruh terhimpit bumi
Menggores luka memijarkan perih

Malam senyap
Menghadirkan pertemuan ruh
Tawar separuh dera
Dihisap buih kasih kenangan
Bisikan cinta tak luruh hiba
Meski rindu terhalang basah tanah pusara


=MERPATI=

RUMAH KENANGAN MU

Kembali ke beranda yang sepi bisu
Ada kata meradang dalam semadhi
Membawa duka berbisik pada angin
Melukai jerit kerinduan dibalut kabut
Bayangmu kian samar melewati musim
Hingga kulihat lenyap di pintu misteri

Kembali ke rumah kenanganmu
Hanya membuat geliat resahku menyala
Membakar desah kerinduan pada langit hampa
Hingga asapnya menghimpit sesak dadaku
Namun bayangmu tak henti berhembus
Menyeret buih dera, memamah rembulan jingga
Meninggalkan pecahan kaca di hamparan kalbu

Kembali ke beranda kenangan mu
Hanya menyalakan magma yang meradang
Dan membakar nadiku
Hingga kerontang dalam resah


=MERPATI=

DOA SANG PENARI KATA

Tuhan
Begitu remang keresahan jiwa
Hingga aku lupa akan warna senja
Dimana kilauan bagaskara
Terlihat bagai percikan bara saga
Hanya merah
Membara dalam benak
Namun
Terlihat hitam di ujung tatap netraku

Tuhan
Paduku pada rasa tiada berkalang silang
Melepahi jentera kehidupan dalam irama layak
Tiada kubenahi sisa lalu
Berkarat menjadi puing tak terlihat
Selaksa laju tak berbantah laku
Merangkai bunga tawa
Di baluran indah sekerat hati mendamba
Kueja alunan debur kasih dengan segenggam warna
Yang tiada henti menggugah senyum dari bibir rapuh

Tuhan
Mengapa lantunan kidung keindahan
Terasa sumbang di telinga pendengaran jiwa
Serasa separuh jantungku tak berdetak
Menghembusi aliran nadiku dengan gigil kebekuan
Laksana tertimbun dinginnya bumi menghimpit
Membuat tawaku terlihat begitu patah

Tuhan
Jika sajak boleh menjadi doa
Dan doa menyalin purwa wujud harapan
Ingin kupinta sebait nyanyian indah
Tentang sebuah cinta yang tiada terbelah kisah
Menyatu disetiap hembusan kasih
Yang tak henti kubalurkan di atas sepotong hati nan indah
Dimana segenap ragaku telah kuhambakan pada serangkai ikrar suci

=MERPATI=

PANCANG FAJAR

Kedip fajar
Mengunggah kabut
Musim bergolak
Menata takdir alam
Di pintu matahari
Kubuang saga mengenyam
Meraup sejuk angin semi
Biar tak terbakar jiwa diufuk

Bukan hasrat memintal
Atma memuja pada rasa
Ada tiada tak mengubah purwa
Menggenggam nada elok
Dikesendirian tanpa ujung
Meski sekeping hati
Berkalang riuh disepanjang pematang

Fajar merona
Membisikkan sebaris pancang
Kugenggam keindahan
Di separuh jiwa tersisa

=MERPATI=

RAMPUNGKAN DUKA MU

Rampungkan sepimu
Dan matangkan dukamu
Hingga berarak saga membakar nadi
Merenda nyanyian darah disepanjang aliran perih
Merobek semua topeng kepalsuan yang terlahir

Kecuplah lukamu semutlak mungkin
Sampai kau rasakan manisnya tetes darah
Biar sempurna wajah kepedihan melanda
Lalu tiada kau rasakan lagi
Tikaman pisau kelukaan yang memamah rasa

Tinggalkan corang moreng kedustaan
Biarkan kebisuan memamah perih
Hingga waktu tersenyum
Merampas segala kelam tersisa
Dan meletakan semua lembar asing kenangan
Pada buku harian usang


=MERPATI=

Sabtu, 12 Juni 2021

MENJEMPUT KEKASIH

Gundukan sepi yang bisu
Menguliti hasrat pada bunga doa
Rasa berpulang kebalik takdir
Memapas duri hati patah hingga akar
Sebaris jejak rapuh terlempar
Mengeram di atas tumpukan puing kelu
Menanti angin pulang bertandang
Membersihkan segalanya kembali pada rahim ketiadaan

Kupanggil namamu
Ketika rindu menyelinap diantara desiran angin tandang
Mengeja setiap desah bayangan samar
Yang dikibarkan lewat tangisan ilalang resah
Hingga mata jiwaku merona
Menatap geliat sukma mu dalam ketiadaan
Lalu kulabuhkan semua hasrat terpendam
Dalam lipatan malam yang mulai membeku

Dalam hening yang kian renta
Kulangkahkan kaki melewati kehampaan
Menanti kuncup kehidupan bersujud
Menjemput wajah kekasih di pintu gerbang ketiadaan

=MERPATI=

AKSARA SUCI

Aroma hening di pelataran MU
Mengarak resahku pada khidmat
Mendamparkan jelaga keakuan
Mengigil diujung kabut samar sepi
Seribu gulana tak lagi berpadan aksara
Mengelam bersama senyuman rembulan jingga

Kulacak jejak jejak suci di sepanjang jalan MU
Menorehkan kaligrafi emas di atas hampa jiwa
Kulagukan serangkai lantunan dzikir
Biar tak lagi berdengung gema sepi
Yang melahirkan magma kepedihan dari rongga semadhi
Lalu kuusap sajak ku dengan aksara suci
Agar tiada melukis jelaga pada wajah sang waktu

=MERPATI=

SESAL DI KISI BAYANGAN

Muara sajak ku menjaring sepi
Mengeja rindu di sudut bayangan gelap
Menggores tinta hitam noktah kepedihan
Kubakar rembulan diatas kenangan
Memantul gema ringkih jejak beku kehampaan
Aku meradang ketika gelap memeluk
Memaku ribuan jarum pada buih tersentuh
Membuat sendi jiwaku tertatih
Merambahi hitam legam pematang kehidupan

Seperti lukisan sunyi di kota mati
Rindu mengetuk perlahan rahim kenangan
Mengarak seraut paras dalam bayangan
Menyayat pintu garba di atas luka mengering
Dan disetiap ujung lidah keheningan
Kurasakan kepedihan yang terbawa lewat angin
Menggemuruhi setiap jengkal nafasku
Hingga tersengal dadaku, dihimpit sesal merejam
Yang tak pernah henti, melekat di kisi bayangan terkuak

=MERPATI=

KU KEMBALIKAN PADA "MU"

Kubakar sepi
Kubasuh luka
Kusimpan wajah amarah
Kepada angin
Kubiarkan rindu terbawa pergi
Sekeping sajak
Bersalin purwa dahaga
Pada kasih sejati
Tempat angin bernaung pada kebenaran
Kukembalikan dendam rindu pada MU
Lewat sebaris japa ampunan khilaf

=MERPATI=

BARA DI NADI

Resah berhembus
Mematah tangkai asa di pelaminan takdir
Membuat hari tanpa tepi
Bergelombang di atas lantunan lidah duka

Di dadaku ada bara menggolak
Membuat mulutku ingin berteriak “keparat”
Bukan untukmu sayang
Jua bukan pada takdir menyeringai

Aku berharap malam ini bisa tidur nyenyak
Di atas arakan gulana membebat
Di atas tumpukan bantal sepi menyengat
Kuingin sekejap bersandar pada dingin malam
Membekukan sekujur aliran darahku
Dari pijaran saga menggemuruh

Kutahu
Jalanan depan kini bagai samudera lepas
Yang telah menyesatkan arah tujuan kaki rentaku

=MERPATI=

Jumat, 11 Juni 2021

HILANG SELAMANYA

Bayangan itu menjadi gerimis
Menyiramkan perih disekujur kulit jiwa
Ujung runcing kenangan
Mulai mengarak sepiku pada gelisah
Membuat aku mengerang bisu
diantara bercak luka yang tak sempat mongering
Ingin kukecup rinduku pada wujud
Seperti terpaan angin mencabik dedaunan
Lalu kutuliskan sajakku disela desahan waktu
Memburu jejak kebisuan silam
Menggapai bincangmu dalam pelukan tatap
Namun yang terengkuh hanya gumpalan angin
Yang membawa raga mu menghilang selamanya

=MERPATI=

BISIKAN SEJATI

Adakah kau dengar
Bisikan kalbu yang bangkit dari nista
Ketika rasa tergagap
Mengeja setiap jejak khilaf
Yang terpantul dari sebuah cermin kebenaran
Disepanjang lorong kisah tak bernama
Tak sanggup mata hati ini
Mendengar bincang kesejatian lewat angin
Yang mendayu resah
Merobek benak pada sebaris kedustaan pikir
Tak redam gelisah terbangkit
Menggeliat diantara buih semu cerita layu
Membuat rasaku kian samar
Menggelepar diantara lekukan asmara palsu
Adakah kau dengar ?
Bisikan suara yang bergetar
Memanggil jiwa pulang ke peraduan sunyi
Tempat yang semestinya mata kaki berdiam
Merambahi aliran kasih disisi hati yang mencinta

=MERPATI=


ANDAI KAU MENGERTI


Kuncup lara mengembang
Mengelopak pada takdir senada
Sekeping asa tergolek rebah
Dititian kisah yang menyemai perih
Bincangmu tiada menyentuh angan
Merobek tabir kasih yang tergerai suci
Membuat angin mengerang
Memeluk dahan malam di buritan kelam

Ripah belaian ternoda duka
Melahirkan buih tuba diraIhim cinta
Gema aksaramu tiada memantul lembut
Mencengkeram keakuan disudut mimpi
Membuat aliran darahku bergolak
Membakar setiap detak kasih pada angkara
Andai kau tahu
Tulus awan kini tak lagi putih
Menghitam samar disetiap hembus angin
Yang terbit dari kegalauan yang kau cipta

Andai kau mengerti
Seribu aral tiada akan mampu
Menggoyah pancang yang kita bangun
Namun kutahu, kau takan pernah mengerti
Kerna engkau bukanlah dia
Dan tak akan menjadi seperti dia

=MERPATI=


AKANKAH KEMBALI TERULANG ?

Getar langlt tak berbatas
Mengurai semilir angin ke ujung badai
Ripah kisah tak selaras hasrat
Mengeram beku di palungan takdir
Memancang cermin silam direntang arah
Hanya membuat kuku jiwaku geram
Bergolak tak mampu menikam suratan

Tuhan
Telah kulewati separuh masa
Mengenyam getah pahit takdir kehidupan
Telah ku jelajahi bebatuan runcing cinta
Dalam keterasingan raga yang menyakitkan
Hingga berakhir dipelukan maut perkasa
Tuhan
Saat bunga rampai bermekar indah
Ketika daun daun semi bercahaya dipeluk cinta
Akankah cerminan silam memeluk kembali kisah ?
Melemparkan sepasang hati ke pusaran cinta kelam
Hingga maut memeluk buritan cerita

Aku jenuh
Aku lelah
Sagaku membara dalam angkara
Ingin kupekikan segenap gelegak membakar
Namun pada siapa ?
Sedang anginpun tak mampu menjamahnya

=MERPATI=


MENANTI MUSIM TIBA


Usai geraham waktu memamah seluruh kenangan
Tak terbaca lagi desah namamu yang mengiris
Dan jalanan sepi seolah bertabur ilalang rimbun
Mengenyahkan silhuet wajah
Yang dulu tak henti menggulir sepanjang jejak

Tak perlu lagi kunyanyikan madah keindahan
Yang tak henti mengaliri sudut bayangan
Melepaskan jubah hitam keterpautan
Direntangan masa yang menggamit kemunafikan
Kutinggalkan jejak samar yang tiada terbaca

Biarlah kita tetap bernaung di langit yang sama
Mengeja arah jalan tiada berkait rasa
Kususuri tikungan fajar dalam keteduhan hasrat
Menunggu sesosok musim datang menyapa
Membaluri daun daun semi kembali bercahaya

=MERPATI=