Rabu, 29 Juli 2015

BUKU HARIAN DARI GURINDAM DUABELAS karya : Afrizal Malna

 

Kau telah ambil lenganku dari sungai Siak, sebelum Raja Ali Haji berkata: Bismillah permulaan kalam.” 

Dan kapal-kapal bergerak membawa Islam, membawa para nabi, sutra, barang-barang elektronik juga.

Tetapi seseorang mencarimu hingga Piz Gloria, kubah-kubah putih yang mengirimku hingga Senggigi.

150 tahun kematian Friedrich Holderlin, jadi penyair lagi di situ, hanya untuk menjaga cinta.

Gerimis membawa kota-kota lain lagi, tanaman palma dan kenangan di jendela: Siti berlari-lari, menyapu halaman jadi buah mangga, apel, dan kecapi juga.

 

Kini dia bukan lagi kisah batu-batu, pelarian tempo dulu, atau  seorang biu mengajar menyapu.

Kini setiap tubuhnya membaca Gurindam Duabelas, mengirim buku harian, untuk masa silam  seluruh unggas.

Kita saling mencari, di antara pikiran yang dicurigai, lebih dari letusan, menumbangkan sebuah bahasa di malam hari. “Puan-puan dan Tuan-tuan,” kata Siti,”aku melayu dari Pejanggi.” ...

Dan sungai Siak jadi sepi, jadi lebih dalam lagi dari Gurindam Duabelas.

 

Lenganmu, membuat bahasa lain lagi di situ; untuk orang-orang di pelabuhan, menjual beras, sayuran, radio, ikan-ikan juga.

Dan aku berlari-lari.

Ada rumah di situ, setelah jalan berkelok.

Ini untukmu, bahasa dari letusan itu, penuh suaramu melulu.



 

1993

=AFRIZAL MALNA=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar